
Antara yang Asli, Aspal, dan Palsu
Barangkali Saudara pernah menyaksikan atau setidaknya mengetahui dan mengingat sebuah program acara variety show di salah satu stasiun TV swasta beberapa waktu lalu, yang berjudul ‘Asal’, singkatan dari Asli atau Palsu. Acara ini menghadirkan sosok beberapa peserta yang mirip dengan artis atau tokoh tertentu. Kemudian membandingkan serta mempertunjukkan kemiripan peserta tersebut dengan artis atau tokoh tertentu itu. Lucu dan menarik memang, karena sepintas kita akan mengalami kesulitan dan kebingungan untuk bisa menebak mana artis atau tokoh yang asli dengan yang palsu. Saya menduga hanya orang-orang dekat atau mereka yang sudah mengenal dan sering bergaul dengan sang artis atau tokoh tersebut yang mampu dengan cepat dan tepat membedakan yang asli dengan yang bukan.
Terorisme dan Roh Kudus
Setiap kali teror berulang, pastilah ada trauma yang ditinggalkannya. Hal itu membuat keluarga korban merasakan kesedihan dan luka yang amat dalam. Terbayang wajah tak bersalah lenyap dari muka bumi untuk selamanya. Tragis sekaligus ironis. Pemandangan penuh tangis tersaji di mana-mana. Tak pandang bulu. Siapapun bisa terkena tragedi semacam ini. Miris kita melihatnya. Sampai sering terdengar ungkapan, “Masih berapa lama lagikah hal seperti ini terjadi?”
Back to Bible (Kembali pada Alkitab)
Ada sebuah film berjudul The Intern, yang mengisahkan sebuah perusahaan mode yang memberi ruang bagi para pensiunan untuk bekerja paruh waktu. Film ini memunculkan sebuah jurang yang cukup nyata, bahwa orang zaman dulu dan orang zaman sekarang itu berbeda. Seorang opa diberi kesempatan untuk bekerja di perus-ahaan tersebut. Ketika akan dipanggil untuk bekerja, opa ini bangun pagi-pagi, memakai jas lengkap dengan koper berisi kalkulator dan serutan pensil. Sementara anak-anak muda yang lain di kantor itu menggunakan kaos dan jeans, membawa laptop, headphone, dan handphone.