Jadilah Cerdik Speperti Ular dan Tulus Seperti Merpati (Matius 10:16)
Dalam perkuliahan yang pernah saya ikuti, kepada kami diajarkan mata kuliah Etika Kristen. Yang saya ingat, pada waktu itu diajarkan bahwa dalam hidup ini ada dua jenis etika dasar, yakni:Dalam perkuliahan yang pernah saya ikuti, kepada kami diajarkan mata kuliah Etika Kristen. Yang saya ingat, pada waktu itu diajarkan bahwa dalam hidup ini ada dua jenis etika dasar, yakni:
- Etika Deontologi. Sikap etis yang didasarkan pada kewajiban. Apa yang menjadi kewajiban, itu yang dilakukan. Terlepas apa pun dampaknya. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya, melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Dalam Teori Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
- Etika Teleologi. Etika teleologi bisa diartikan sebagai etika yang didasarkan pada tujuan. Pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan dilakukan didasarkan pada tujuan atau akibatnya. Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ‘ukuran’ yang terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibatnya. Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.Dalam praktek kehidupan, penerapan etika deontologi secara murni hanya akan membuat kita menjadi orang yang sangat kaku. Sementara, penerapan etika teleologi semata, akan menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara. Karena itu, dalam rangka membekali para murid menghadapi kenyataan hidup, Tuhan Yesus berkata, "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. (Matius 10:16).
"Cerdik seperti ular" berarti memakai pertimbangan 'benar' dan 'salah' (hukum) dalam mengambil setiap keputusan dalam hidup. Sedangkan "tulus seperti merpati" berarti tidak mengabaikan sisi 'baik' dan 'buruk' (tujuan) dari setiap tindakan yang akan kita ambil. Jadi kalimat "hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" mengandung arti bahwa Tuhan Yesus mengajak kita untuk melakukan sesuatu yang bertujuan baik, dengan cara-cara yang benar dalam kehidupan kita. Perbincangan 'baik' dan 'jahat' harus diimbangi dengan 'benar' dan 'salah'. Dengan perkataan ini, kita diajak untuk menyatukan secara dialogis antara etika deontologi dan teleologi dalam mengambil setiap keputusan dan pilihan yang ada dalam hidup kita. Tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum. Sudahkah hal itu juga menjadi prinsip dalam hidup kita? Jadilah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Amin.
deonata_18 (Cermin - Warta Jemaat, 22 April 2018)