• foto2
  • gki7

Jadwal Ibadah Minggu


 GKI SERPONG
Ibadah Umum     
 ♦  Onsite  :  Minggu - 06:00 | 08:00 | 10:30 | 17:00 WIB
 ♦  Streaming : youtube logo
Ibadah Kategorial
 ♦  Batita : Minggu - 08:00 | 10:30 WIB
TK A & TK B : Minggu - 08:00 | 10:30 WIB
Anak (Kelas 1 - 6 SD) : Minggu - 08:00 | 10:30 WIB
The Blessing Kids (TBK) : Minggu - 10:30 WIB
Tunas Remaja : Minggu - 10:30 WIB
Remaja : Minggu - 08:00 WIB
Pemuda : Sabtu - 17:00 WIB (Minggu ke-1 & 3)
Komisi Usia Lanjut : Sabtu - 16:00 WIB (Minggu ke-2)
Lokasi : Click Here

 POS JEMAAT CIKOLEANG
Ibadah Umum : Minggu - 09:00 WIB
Ibadah Kategorial    
Balita : Minggu - 09:00 WIB
Anak : Minggu - 09:00 WIB
Remaja & Pemuda : Minggu - 07:00 WIB
Lokasi : Click Here

 POS KEBAKTIAN FORESTA
Ibadah Umum : Minggu - 09:00 WIB
Ibadah Kategorial    
Balita : Minggu - 09:00 WIB
Anak : Minggu - 09:00 WIB
Lokasi : Click Here

 POS KEBAKTIAN NUSA LOKA
Ibadah Umum : Minggu - 07:00 WIB (Minggu ke-2 & 4)
Lokasi : Click Here

‘Bolu’ : Penyakit Zaman ‘Now’?!

Written by GKI Serpong on . Posted in Cermin

Ada sebuah lagu sekolah minggu yang dikenal dan populer di kalangan anak sekolah minggu hingga saat ini. Sebagian lirik lagunya berbunyi sebagai berikut: “Hati-hati gunakan mulutmu - Amin. Karena Bapa di Sorga melihat ke bawah. Hati-hati gunakan mulutmu - Amin!”. Lagu ini sesungguhnya mau mengajak anak-anak sejak dini dan kita semua untuk secara bijak dan benar mengeluarkan setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Sebab apa? Sebab perkataan yang kita keluarkan tidak mungkin bisa kita tarik atau kembalikan lagi. Lagipula, sesingkat atau sedikit apa pun perkataan kita akan berdampak bagi orang lain, sekaligus menunjukkan kepribadian dan karakter kita.

Pernah dikisahkan tentang seorang pendeta yang berkata kepada jemaatnya, “Minggu depan saya berencana berkhotbah tentang dosa berbohong. Untuk membantu Saudara memahami khotbah, saya ingin Saudara semua membaca lebih dahulu Markus pasal 17.” Minggu berikutnya, saat pendeta siap menyampaikan khotbahnya, ia meminta jemaat yang telah membaca Markus 17 untuk mengangkat tangan. Ia ingin tahu berapa banyak jemaat yang telah membaca Markus pasal 17. Sebagian jemaat mengangkat tangan. Pendeta tersenyum dan berkata, “Injil Markus hanya memiliki 16 pasal. Maka sekarang saya akan memulai khotbah saya tentang dosa berbohong!”.

Dosa berbohong sebenarnya adalah penyakit setiap kita pada semua usia di sepanjang zaman dan peradaban, tanpa terkecuali. Sebuah survei terbatas yang pernah dilakukan di salah satu negara di Eropa terhadap 3.000 orang beberapa tahun lalu, merilis bahwa rata-rata seorang pria berbohong 3 kali dalam sehari dan perempuan 2 kali dalam sehari. Ironisnya, dosa berbohong kini tidak hanya menjangkiti orang yang sudah dewasa, tetapi juga dapat menyerang anak-anak yang identik dengan kepolosan dan keluguannya. Bahkan penyakit berbohong yang dilakoni anak-anak kini disandingkan dengan penyakit lainnya yaitu penyakit lupa. Ya, penyakit ‘BOLU’ (akronim dari kata ‘bohong’ dan ‘lupa’) kini bisa jadi menjadi penyakit ‘primadona’ zaman ‘now’.

Lupa memang bisa terjadi secara alamiah karena faktor usia, namun lupa juga bisa terjadi karena faktor kesengajaan untuk menutupi kebohongan atau menyembunyikan kesalahan. Lupa acapkali dijadikan sebagai ‘senjata’ untuk membenarkan kesalahan kita dan juga untuk menghindari sesuatu yang ingin kita sembunyikan. Bukankah sering kita lihat, jumpai, dan alami sendiri bagaimana beberapa orang akan mengatakan lupa ketika ia tidak datang atau datang terlambat pada pertemuan yang sudah disepakati bersama, atau ketika ia tidak menempati janjinya, atau ketika ia tidak mengerjakan atau membawa sesuatu yang seharusnya sudah menjadi tanggung jawabnya. Ini pula yang mungkin menyebabkan seorang terdakwa atau saksi dalam sebuah sidang pengadilan akan lebih memilih berkata lupa ketimbang ia harus berbohong. Lupa dijadikan sebagai senjata sakti dan ‘pamungkas’ tanpa rasa bersalah.

Dalam salah satu perintah Allah kepada umat Israel di dalam Perjanjian Lama adalah, “Jangan mengucapkan saksi dusta terhadap sesamamu manusia”. Mengucapkan saksi dusta di sini bisa dimaknai dalam pengertian mengucapkan kebohongan, menyatakan ketidakbenaran, atau dengan sengaja tidak mengatakan apa yang sebenarnya kita ketahui alias menyembunyikan kebenaran. Minggu ini tema kita berbicara tentang menjadi komunitas yang bersaksi. Bersaksi tentang Injil Yesus Kristus yang mati dan bangkit bagi kita. Bersaksi tentang Yesus Kristus yang sampai sekarang tetap hidup dan hadir untuk menuntun dan menyertai perjalanan hidup dan iman kita. Bersaksi berarti tidak boleh diam atau asal bicara. Bersaksi harus berbicara, tetapi berbicara dengan benar dan tentang kebenaran. Bersaksi melalui seluruh –sikap- hidup kita yang mencerminkan dan menunjukkan Kristus yang bangkit. Sudahkah kita bersaksi memberitakan kabar sukacita itu kepada sesama? Mari kita mulai dari komunitas yang paling dekat dengan kita: keluarga, gereja, pekerjaan, dan tempat tinggal kita!


© arsado (Cermin - Warta Jemaat, 15 April 2018)

AgusWijaya
Pdt. Agus Wijaya
Yosi
Pdt. Yosias N Wijaya
Marfan
Pdt. Marfan F Nikijuluw
YonatanW
Pdt. Yonatan Wijayanto
EnosBayu
Pdt. Enos Bayu Setiyadi
Manda
Pdt. Manda L Dandel

Info Kontak: GKI Serpong

Giri Loka 2 Jl. Gunung Merbabu Blok R
BSD City Serpong

Koordinat GPS: 5:60 16,58,7" E: 1060 40' 16.6"
Telp (021)-5370366, Fax : (021)-5372125
WA: 0818-0442-1991

Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Badan Hukum

 

GEREJA KRISTEN INDONESIA SERPONG
Badan Hukum : SK Dirjen Bimas Kristen Depag. RI No: DJ III/Kep/HK.00.5/55/719/2007
DEPAG : NOMOR DJ III/Kep/HK.00.5/64/977/2004

Pengunjung

Flag Counter