
Kata-Kata
Kata yang keluar dari mulut seseorang tentulah merupakan ungkapan hati dari orang itu, dan karena itu kata tersebut menyatu dengan yang mengucapkan. Itulah juga yang dipahami denga LOGOS; Firman atau kata. Dalam Yohanes 1 : 1 dikatakan :Kata yang keluar dari mulut seseorang tentulah merupakan ungkapan hati dari orang itu, dan karena itu kata tersebut menyatu dengan yang mengucapkan. Itulah juga yang dipahami denga LOGOS; Firman atau kata. Dalam Yohanes 1 : 1 dikatakan :
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
I Korintus 15:58
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”
Kisah tentang seorang petani dengan dua buah ember pengangkut air miliknya. Ia butuh mengangkut air dari jarak yang cukup jauh dari rumahnya dengan dua embernya itu. Namun sayang, satu embernya retak sedikit. Dia sudah berusaha menambalnya, tapi tetap saja masih bocor. "Ah, sudahlah, toh hanya bocor sedikit, masih ada air yang bisa ku simpan juga nanti" kata pak petani. Setiap hari dia ambil air, jalan kaki, sambil memikul ember-embernya itumenyusuri jalan setapak. Suatu hari, ember yang penuh berkata pada ember yang retak itu, "Kamu memang tidak berguna ya. Kamu diisi penuh sama bapak kita, tapi kamu sampaidirumah, nyatanya air yang ada dalam kamu itu sudah berkurang. Untuk apa kamu jadi ember kalau sudah begini??"
Stop Parkir Sembarangan !
Jika kita mengamati keadaan di sekeliling GKI Serpong akhir-akhir ini, maka kita akan menjumpai adanya spanduk-spanduk yang memberikan himbauan agar kita memperhatikan soal perparkiran. Sejujurnya masalah perparkiran adalah masalah lama yang sampai saat ini masih selalu menimbulkan gejolak antara kita dengan warga masyarakat di sekitar kita. Beberapa kali, Gereja harus diperhadapkan pada kenyataan di mana warga Gereja tidak mengindahkan dan memperhatikan rambu-rambu dan ketentutan-ketentuan berkait dengan perparkiran yang ada. Ada yang dengan seenaknya memindahkan rambu-rambu larangan parkir demi mendapatkan tempat untuk kendaraannya. Ada yang memarkirkan kendarannya dengan sembarangan, sehingga menutup akses tetangga untuk keluar masuk rumahnya. Ada yang enggan untuk mengikuti peraturan yang telah disepakati antara gereja dengan warga masyarakat sekitar. Semua kenyataan ini pada akhirnya menimbulkan ketegangan-ketegangan yang tidak perlu antara Gereja dengan masyarakat. Pertanyaannya, sampai kapan hal semacam ini akan terus terjadi? Apakah tindakan semacam ini akan terus menerus kita lakukan?