Ada kisah tentang seorang penjual ikan yang hendak berjualan ikan segar di pasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan “Di Sini Jual Ikan Segar”. Tetapi tidak lama kemudian seorang pengunjung mempertanyakan tulisannya, “Mengapa kau tuliskan „Di Sini‟? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan di tempat ini bukan di tempat lain?” “Benar juga!” pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata „Di Sini‟ dan tinggallah tulisan „Jual Ikan Segar‟. Namun sayang, lagi-lagi, datang pengunjung kedua yang juga memerotes tulisannya, “Mengapa kau pakai kata „Segar‟? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk atau ikan „tiren‟?” “Benar juga!” pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata „Segar‟ dan tinggallah tulisan „Jual Ikan‟. Tidak lama kemudian, datanglah pengunjung ketiga yang juga tidak senang dengan tulisannya. “Mengapa kau tulis kata „Jual‟? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan sekedar untuk dipamerkan?” Si penjual berpikir, “Benar juga!”, lalu ia menghapus kata „Jual‟ dan tinggallah kata „Ikan‟. Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung berikutnya, yang juga tidak tertarik dengan tulisannya. “Mengapa kau tulis kata „Ikan‟? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ini ikan bukan daging, buah atau sayur?” “Benar juga!”, pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.