“Dirgahayu Gerejaku”
Hari ini sebagai Gereja Kristen Indonesia (GKI), kita merayakan ulang tahun. Tahun ini adalah tahun ke-30 kita berjalan bersama sebagai satu Sinode Gereja Kristen Indonesia. Kesatuan ini merupakan buah dari penyatuan ke-3 Sinode sebelumnya: GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Semenjak 26 Agustus 1988, kita telah menyepakati dan berkomitmen untuk berjalan bersama sebagai satu Gereja Tuhan yang diutus untuk berkarya di tengah masyarakat Indonesia.
Sebagai satu komunitas gerejawi, GKI menghayati bahwa dirinya dipanggil untuk berperanserta dalam karya penyelamatan Allah bagi dunia. GKI diajak untuk melibatkan diri dalam karya misi Allah di tengah dunia. Selama 30 tahun ini, GKI telah berjuang untuk terus mewujudkan panggilan itu. Dalam derap langkah yang sama, kita bahu membahu menyatakan karya kasih Allah yang menyapa umat manusia.
Kita sadar bahwa mewujudkan panggilan itu bukanlah perkara yang mudah. Kita merasakan dan mengalami betapa tidak mudahnya menjaga dan merawat kesatuan, demi perwujudan kesaksian dan pelayanan yang makin luas di tengah masyarakat. Suka dan duka dalam proses penyatuan dan berjalan bersama telah dan akan terus kita hadapi bersama. Sebagai gereja, kita menyadari bahwa keragaman yang ada dalam tiap Jemaat, Klasis, dan Sinode Wilayah menjadi bagian dari kekayaan yang Allah anugerahkan untuk memperlengkapi kita dalam pelayanan di tengah masyarakat. Namun di sisi lain, kita juga menyadari bahwa terkadang keragaman menjadi satu tantangan tersendiri untuk kita sikapi dengan bijaksana, di tengah upaya kita berjalan bersama mewujudkan karya misi Allah di dunia.
Salah satu peran nyata kita (GKI Serpong) dalam mewujudkan panggilan kita sebagai GKI adalah terbentuknya Bapos Foresta. Allah mempercayakan embrio jemaat ini (Bapos Foresta) untuk kita rawat dan kembangkan bersama dengan saudara kita, GKI Gading Serpong. Tantangan terbesar kita ke depan adalah apakah keragaman yang ada di GKI Serpong dan GKI Gading Serpong mampu memperkaya dan mempercepat proses pertumbuhan Bapos ini? Akankah kesatuan GKI yang telah kita jaga dan rawat selama 30 tahun ini makin nampak dengan bertumbuhnya Bapos Foresta menjadi jemaat dewasa? Kita berdualah yang harus menjawab tantangan ini.
Berjalan bersama memang bukanlah perkara yang mudah. Namun, bagaimanapun juga, sebagai GKI, kita adalah satu di tengah keragaman yang ada pada kita. Kita dipanggil dan diajak untuk terus mewujudkan karya bersama kita. Kiranya kita dimampukan untuk tetap melangkah bersama sebagai Gereja Kristen Indonesia. Dirgahayu Gerejaku. Tuhan membekati.
deoanata' ( Cerim - Warta Jemaat, 28 Agustus 2018 )