Selamat Datang, Musim 2018-2019
Selayaknya menyambut tahun ajaran baru, kompetisi sepakbola Liga Inggris – yang dikenal sebagai kompetisi terketat di dunia – akan segera digelar. Banyak mata sudah tak sabar menantikan tayangan demi tayangan hebat nan menegangkan yang akan menghiasi akhir minggu mereka. Berbagai transaksi jual beli pemain (baca: transfer pemain) sudah dilakukan dan kini mereka tinggal mempraktekkan kemampuan mereka sebagai bukti atas harga yang sudah dibayarkan kepada klub yang mereka tinggalkan. Harapan para pendukung klub juga mulai dicuatkan seiring perubahan yang ditunjukkan oleh pemilik klub masing-masing. Semuanya ingin bisa memper-lihatkan prestasi yang lebih baik ketimbang musim sebelumnya.
Sekalipun masih didominasi 7 nama besar, liga Inggris tetap dianggap menarik sebab kerap menghadirkan kejutan. Hal inilah yang membuat para penggemar sepakbola menantikan atraksi yang disajikan dari minggu demi minggu. Sajian yang digelar selama 38 minggu, yang bisa membius penonton di layar kaca dan membuat berbagai prediksi. Tak disangsikan, kompetisi ketat nan seru semacam ini bakal membuat orang terhibur – sekaligus juga kecewa jika klub kesayangannya kalah – sampai bersedia melakukan banyak hal, termasuk mengorbankan hal-hal yang jadi prioritas hidup.
Soal prioritas hidup inilah – yang kerap terganggu akibat godaan-godaan dunia yang menyenangkan dan membuat diri terlena – yang perlu kita cermati. Bukan hanya dari dunia sepakbola semata, (yang sangat saya gemari, red), melainkan juga dari dunia yang lain. Mengingat tidak semua orang menggemari sepakbola – tapi pasti punya kegemaran lain, yang skalanya mungkin melebihi kesenangan saya pada dunia kulit bundar ini, maka perlu diingatkan agar kita tidak memberhalakan “dunia-dunia” tersebut.
Jangan lupa, di atas segala bentuk kesenangan kita, masih ada hal lain dalam hidup yang perlu kita prioritaskan. Kalau memakai bahasa Alkitab, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya …” (Matius 6.33a), yang sesungguhnya dilandasi semangat yang jauh sebelumnya sudah lebih dahulu ada, yakni jangan memberhalakan apapun di dunia ini, seperti tertulis dalam dasatitah, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Keluaran 20.3).
Banyak hal duniawi yang menarik hati kita. Namun apakah kita menjadikan hal-hal itu lebih utama dari yang paling utama, yakni Tuhan? Jika tulisan kecil ini dipandang berguna demi menyadarkan kita dari perilaku yang menggeser prioritas hidup kita, mari kita merenung. Semoga hasilnya bisa memperbaiki diri kita menjalani hidup yang lebih berguna di masa berikutnya. Juga supaya hidup kita lebih bermanfaat dan bisa dipertanggungjawabkan. Kepada Tuhan, Pencipta dan Pemberi hidup, tentunya. Selamat menyambut musim baru! Eh salah, hidup baru, maksudnya.
YeeNWe (Cermin - Warta Jemaat, 12 Agustus 2018)