NVMTFXZK HBFPFI
Saya menduga saat Saudara membaca judul renungan warta hari ini, Saudara akan heran dan bingung. Susunan kata yang menjadi judul tadi tidak ditulis dalam bahasa Rusia atau Kazakhstan, apalagi bahasa roh, tetapi menggunakan bahasa Indonesia. Hanya memang membutuhkan kode atau sandi untuk bisa membacanya. Cobalah untuk membuat daftar abjad dari A sampai Z lalu persis di bawah abjad-abjad itu buatlah susunan abjad dari Z sampai A, kemudian mulailah mencocokkan kata-kata judul tadi dengan bantuan kunci tersebut. Apakah sekarang Saudara mengerti apa judul renungan warta jemaat hari ini? Mudah bukan? Saya tidak hendak mempersulit Saudara membaca dan memahami judul hari ini. Tapi biasanya sesuatu yang tidak mudah kita dapatkan dan perlu usaha lebih banyak daripada biasanya, akan membuat kita terkenang dan tidak mudah melupakannya.
Memang tulisan hari ini hendak mengingatkan kita semua untuk tidak lupa akan satu hal penting dalam hidup kita sebagai anak-anak Tuhan, yaitu mengucap syukur. Biasanya orang mengucap syukur saat mendapat sesuatu yang luar biasa: seperti kenaikan pangkat, mendapatkan rumah baru, berulang tahun, sembuh dari sakit yang berat, atau selamat dari bencana atau kecelakaan. Sementara kalau semuanya berjalan sebagaimana biasanya: gaji bulanan tetap diterima, sehat tanpa pernah sakit parah, anak naik kelas, bisa menikmati kebersamaan di tengah keluarga maupun gereja; maka kita merasa sebagai hal yang wajar sehingga tidak merasa perlu bersyukur. Dalam berbagai kesempatan saya mengatakan dengan guyon, bahwa seringkali lagu-lagu yang kita nyanyikan dipengaruhi oleh kondisi keuangan kita. Kalau minggu pertama masih suasana gajian, lagunya selalu ceria ‘Bersyukur kepada Tuhan’; minggu kedua, ketika keuangan mulai berkurang, lagunya berubah jadi sedikit melankolis, ‘Tuhan pasti buka jalan’; minggu ketiga ketika keuangan makin tipis, lagu-lagu makin melo, ‘Mujizat itu Nyata’, dan pas minggu keempat, ketika isi keuangan habis dan ngutang sana-sini, lagunya menjadi lagu penghiburan, ‘Tuhan, ambil hidupku’.
Di dalam Alkitab, ada banyak cara orang-orang percaya untuk memaknai hidup mereka dan mensyukuri kebaikan Allah yang melimpah. Di antaranya dengan cara ‘mikroskop’ dan cara ‘teleskop’. Saudara tahu mikroskop? Ya, mikroskop adalah alat yang membantu kita untuk melihat hal-hal yang kecil. Sedangkan teleskop digunakan sebagai alat yang membantu untuk melihat hal-hal yang jauh. Dengan cara mikroskop, artinya sesungguhnya ada banyak hal-hal kecil, yang sifatnya keseharian dan sederhana di mana Tuhan berkarya dalam hidup kita tanpa kita sadari dan akui. Ada nafas hidup yang diberikan cuma-cuma atau ada orang-orang yang selalu mengasihi dan yang kita kasihi, ada keindahan alam yang kita nikmati.Dengan cara teleskop, artinya bahwa sesungguhnya kalau kita mau melihat jauh sepanjang hidup yang telah, sedang, dan yang akan kita jalani, berkat Tuhan jauh lebih besar dan banyak ketimbang pergumulan dan penderitaan kita. Tidak pernah sebanding, dan tidak pernah setara! Karya dan kasih Tuhan ibarat laut atau bahkan samudera, sementara diri kita ibarat ikan –yang kecil-. Hampir mustahil, seekor ikan –kecil- akan mampu menjelajah atau mengarungi dalamnya dan luasnya samudera. Paulus dalam doanya kepada jemaat Efesus, pernah berkata, “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya, dan tingginya, dan dalamnya kasih Kristus.”
Ada banyak cara untuk bersyukur, namun semuanya bermuara dan menuntun kita pada satu Pribadi yang senantiasa melimpahi kita dengan kasih sayang, yaitu Allah di dalam dan melalui Kristus. Tak soal dengan cara apa Saudara bersyukur, yang penting kepada siapa Saudara bersyukur. Tak soal seberapa hebat peristiwa yang membuat Saudara bersyukur, yang penting adalah mampukah Saudara bersyukur kepada Allah saat mengalami peristiwa yang justru memilukan hati? Sebuah kata bijak mengatakan, bahwa iman kita yang sesungguhnya justru akan terlihat pada saat pergumulan dan penderitaan. Masihkah kita tetap bersyukur dalam kondisi tertekan dan terpuruk? Seperti yang diungkapkan lirik Kidung Jemaat 439, “Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu”
Bila topan k’ras melanda hidupmu, bila putus asa dan letih lesu,Berkat Tuhan satu-satu hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya.
Refrein
Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau ‘kan kagum oleh kasih-Nya.Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya.
Hari ini, tepatnya lima puluh tiga tahun lalu, kiita diingatkan bahwa bangsa kita yang tercinta ini pernah mengalami peristiwa yang kelam dan gelap. Terlepas dari pro dan kontra peristiwa yang dikenal sebagai G 30 S/PKI ini, nyatanya bangsa kita masih tetap eksis. Ini semua tentunya harus kita syukuri, seraya terus belajar dari sejarah untuk tidak mau terjatuh pada ‘lubang’ yang sama. Mari kita berdoa dan berupaya menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi bangsa kita, khususnya memasuki masa-masa kampanye dan pilpres pada masa mendatang. Selamat mengucap syukur untuk keluarga, gereja, dan bangsa kita. Selamat mengucap syukur dalam segala hal dan segala sesuatu. Yang besar, yang kecil, yang luar biasa, yang biasa, yang hebat, yang sederhana. Pokoknya, mengucap syukur! Sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1 Tes. 5:18)
© arsado (Cermin - Warta Jemaat, 30 september 2018)