Kata-Kata

Kata yang keluar dari mulut seseorang tentulah merupakan ungkapan hati dari orang itu, dan karena itu kata tersebut menyatu dengan yang mengucapkan. Itulah juga yang dipahami denga LOGOS; Firman atau kata. Dalam Yohanes 1 : 1 dikatakan :Kata yang keluar dari mulut seseorang tentulah merupakan ungkapan hati dari orang itu, dan karena itu kata tersebut menyatu dengan yang mengucapkan. Itulah juga yang dipahami denga LOGOS; Firman atau kata. Dalam Yohanes 1 : 1 dikatakan :

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Allah yang menyatakan Firman itu Firman tentang keselamatan; Firman yang menyatakan keselamatan bagi dunia ini, dan oleh karena itu adanya kesatuan karya antara Bapa dengan Tuhan Yesus, Sang Firman yang hidup. Kesatuan untuk menjadikan dunia lebih baik dan bahkan memberikan keselamatan kepada dunia ini sehingga dunia seisinya diselamatkan oleh karya kasih–Nya.

Jika setiap logos/ Firman / kata Allah menyatakan kebaikan buat dunia ini (termasuk manusia di dalamnya), bukankah sudah semestinya kita sebagai manusia, ciptaan Allah juga menyatakan hal yang sama dalam hidup kita? Menyatakan kata-kata yang membangun dalam hidup kita, baik dalam arti ucapan maupun dalam arti ketikan di media sosial yang kita miliki. Supaya dengan setiap kata yang terucap maupun tertulis menjadikan orang lain mendapatkan berkat ketika berjumpa dengan kita. Baiklah kata-kata itu menjadikan orang lain dibangun bukan diruntuhkan, menyemangati bukan menjadikan orang merasa direndahkan, menguatkan bukan melemahkan.

Jika kita berada di tengah bulan keluarga, apakah kata-kata yang kita ucapkan kepada anggota keluarga lain sudah benar-benar kita pilah (mengelompokkan) dan pilih merupakan kata-kata yang positif, menguatkan, membangun, menyemangati? Apakah yang kita katakan kepada orang tua kita? Pasangan kita? Anak-anak? Mertua? Keponakan? Saudara? Ipar?
Apakah itu membangun dan meneguhkan sebuah keluarga, atau itu hanya akan menjadikan satu dengan yang lain merasa tidak berarti dan tidak dianggap?
Sudahkah dalam persekutuan yang kita miliki, kita juga memilah dan memilih sehingga kata yang kita ucapkan membangun persekutuan, bukan justru menjadikan perpecahan satu dengan yang lain.
Bagaimana dengan kata yang kita ucapkan di kantor; kepada atasan (baik di depannya atau dibelakangnya), kepada sesama rekan kerja, kepada bawahan kita? Apakah kata yang kita ucapkan membangun atau meruntuhkan, menghargai atau meremehkan mereka?
Bagaimana ketika kita di jalan? Kepada sesama orang di dalam mobil yang kita naiki, kepada pengemudi lain, kepada polisi lalu lintas, kepada penyeberang jalan, dan kepada orang yang kita jumpai?

Pilihan kata menunjukkan siapakah diri kita. Apa yang kita ucapkan mengungkapkan: apakah kita adalah orang yang benar-benar menghayati : kita adalah umat milik kepunyaan Allahnyang menyatakan logos untuk kebaikan dunia ini? Ataukah justru pilihan kita adalah pilihan yang berbeda dengan Allah?
Sudah lama terjadi orang lebih menyukai gosip daripada fakta, yang sekarang menjadi hoax.Hoax menyebar sesuai dengan kemajuan zaman dengan berbagai macam media yang ada, dan saat ini orang dengan mudah menyebarkan hoax, dengan hanya menekan satu tombol untuk membangi dengan sebanyak orang dan dengan berbagai media yang ia miliki. Sebagai orang beriman ingatlah : kata kita, apakah sudah mencerminkan kita orang percaya dari Allah yang menyatakan kasih dan kebenaran dalam hidup? 

AW (Cermin - Warta Jemaat, 21 Oktober 2018)