Terorisme dan Roh Kudus
Setiap kali teror berulang, pastilah ada trauma yang ditinggalkannya. Hal itu membuat keluarga korban merasakan kesedihan dan luka yang amat dalam. Terbayang wajah tak bersalah lenyap dari muka bumi untuk selamanya. Tragis sekaligus ironis. Pemandangan penuh tangis tersaji di mana-mana. Tak pandang bulu. Siapapun bisa terkena tragedi semacam ini. Miris kita melihatnya. Sampai sering terdengar ungkapan, “Masih berapa lama lagikah hal seperti ini terjadi?”
Kita tentu tidak tahu jawabnya. Usaha demi usaha terus dilakukan dalam rangka memberantas gerakan terorisme. Namun upaya yang mereka lakukan juga tak kunjung berhenti. Bahaya demi bahaya terus mereka tebarkan sepanjang umur kehidupan ini berjalan.
Dalam rasa takut sekaligus geram (atau galau), umat bertanya, “Di manakah Engkau, Tuhan?” Kesedihan mendalam yang wajar membuat pikiran berputar seraya menayangkan beribu tanya, yang bahkan mungkin tak berjawab. Namun di balik beragam pengandaian itu Tuhan selalu hadir dan menemani kita menghadapi peristiwa biadab yang berada di luar akal sehat manusia. Kehausan akan jawaban membuat kita senantiasa menanti. Seakan masih tak puas bertanya, “Sampai kapan, Tuhan?”
Di sinilah Roh Kudus menjawabnya. Dia hadir memberikan penghiburan bagi kita. Dia memberi jawab yang tak bisa kita duga sebelumnya. Melampaui akal kita, seperti yang diyakini Paulus dalam tulisannya, “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4.7)
Jadi jangan menyerah. Takut itu wajar, bukan sesuatu yang tidak mungkin. Namun dalam keadaan itu tetaplah percaya kepada Tuhan, yang punya kuasa menentramkan dan menghibur kita, betapapun pahitnya hidup ini harus kita jalani. Teruslah andalkan Roh Kudus, yang bekerja dalam hidup kita. Setiap saat, di manapun juga. Yakinilah bahwa karyanya selalu nyata, terlebih di kala kita menghadapi tekanan dan beban hidup.
Ada sebuah ungkapan, “Kuasa yang ada dalam Tuhan lebih besar ketimbang masalah yang ada di hadapanmu.” Jika kita percaya kebenarannya, maka hidup bisa tetap kita jalani dalam ketenangan, dipenuhi damai – seperti yang diungkapkan Paulus, dan kita tetap dapat meraih hal yang kita harapkan di masa depan. Setuju?
YeeNWe (Cermin - Warta Jemaat, 20 Mei 2018)