
Menunggu
Seluruh rakyat Indonesia menunggu tanggal 22 Mei 2019, yaitu pengumuman hasil Pemilihan Umum, khususnya Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Dalam menunggu tanggal itu, apa yang kita lihat dan rasakan? Ada banyak orang yang tidak sabar menunggu tanggal itu. Ada yang sudah panas dingin. Para calon legislatif masih panas dingin, apakah ia akan lolos ke gedung parlemen atau tidak? Dalam menunggu itu ada berbagai macam hal yang dilakukan. Ada yang tidak yakin masuk lalu mandi kembang, ada yang marah dan menyatakan penyelenggara pemilu curang, ada yang dag dig dug, ada yang menutup diri, ada yang berusaha meyakinkan diri, dan ada pula yang menyatakan menang atau sudah terpilih.
Sadari “GARIS PLIMSOLL” ... “mengIMANi TUHAN SANG PEMELIHARA”
Samuel Plimsoll adalah salah seorang anggota Parlemen di Kerajaan Inggris pada abad ke 19. Plimsoll merasa sangat terharu selalu mendapat laporan bahwa banyak kapal penumpang dan kapal barang sering tenggelam dan memakan banyak korban serta kerugian materi yang sangat besar.
“Hal Mengikut Dia” (Lukas 14:25-35)
Pergumulan terberat yang harus dihadapi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah ketika ia harus memilih antara melepaskan miliknya dan mengikut Tuhan Yesus atau memegang miliknya dan meninggalkan Tuhan Yesus. Mengapa pergumulan ini disebut sebagai pergumulan yang terberat dalam hidup orang Kristen? Jawabnya, karena selama manusia masih hidup di dunia ini, ia selalu ingin memiliki sesuatu yang bisa menjamin atau mengamankan hidupnya. Milik itu bisa berupa harta benda, status dan kedudukan, tradisi atau budaya, kepandaian atau relasi kekeluargaan yang kuat yang dapat melingkupi dan melindunginya. Itulah sebabnya, keterikatan pada milik tersebut membuat orang percaya akan berpikir ratusan kali, bahkan ribuan kali, untuk melepaskan miliknya demi mengikut Tuhan Yesus. Meminjam istilah Budhisme, inilah yang disebut ‘lobha’ yaitu kemelekatan yang sangat terhadap sesuatu, sehingga membuat pikiran selalu merasa lapar, serakah serta tidak puas dengan apa yang telah dimiliki. Hal inilah yang menyebabkan manusia kehilangan orientasi hidup dan kebahagiaan yang sejati.