
“TUHAN-ku tolong aku agar BIJAKSANA menentukan PILIHAN”
"Hidup itu pilihan. Tapi untuk memilih yang baik, Anda harus tahu siapa diri Anda dan apa yang Anda perjuangkan, ke mana tujuan Anda, dan mengapa Anda ke sana.” (Kofi Annan, Diplomat dan Secretary-General UN-1997-2006 dari Ghana 1938) “
Ketika Anda harus membuat pilihan namun Anda tidak membuatnya, hal tersebut merupakan sebuah pilihan. ” (William James-Filsuf dari Amerika Serikat 1842-1910)
“Saya memiliki pilihan untuk marah pada Tuhan atas apa yang tidak saya miliki, atau bersyukur atas apa yang saya miliki.” (Nick Vujicic-Pembicara motivator dari Australi 1982)
“Menjadi Pribadi Yang Beritegritas”
Sebagai bagian dari bangsa ini, sebentar lagi kita akan menentukan pilihan kita dalam sebuah pesta demokrasi. Pemilihan legislatif dan pemilihan presiden beserta wakilnya akan segera digelar di negeri ini. Di tengah maraknya persiapan menjelang pemilihan pemimpin di negeri ini, tak jarang kita mendengar kalimat “Kami butuh seorang pemimpin yang memiliki integritas”. Tatkala kita mencermati penjelasan tentang kalimat ini, kita mendapati bahwa yang dimaksud pemimpin yang memiliki integritas adalah pemimpin yang tidak hanya omdo (omong doang), melainkan yang mau melakukan apa yang ia katakan atau janjikan. Jadi, orang yang berintegritas adalah orang yang memperlihatkan kesatuan antara kata dan perbuatan. Kehadiran seorang pemimpin yang berintegritas tentu menjadi bagian yang penting bagi kemajuan bangsa. Namun, jikalau hanya pemimpinnya yang berintegritas, sementara masyarakatnya tidak, maka kemajuan dan perubahan bangsa tidak akan terjadi. Sebab kemajuan sebuah bangsa tidak hanya ditentukan oleh keberadaan pemimpinnya, melainkan juga ditentukan oleh attitude masyarakatnya.
Membuka Kesempatan Demi Mengupayakan Pembaruan
Pemimpin yang dipersiapkan adalah lebih baik daripada pemimpin yang didapatkan secara tidak sengaja atau terpaksa karena keadaan. Memang pemimpin yang ditemukan dirasakan lebih alami, dan lebih siap untuk menghadapi tantangan. Ini disebabkan karena ia dibentuk untuk menghadapi permasalahan dan tantangan secara mandiri. Berbeda dengan pemimpin yang dipersiapkan; ia tentu sudah mendapat beberapa tips atau pelajaran untuk menghadapi permasalahan atau tantangan. Jika ia tidak hati-hati dan tidak mampu belajar, maka ia hanya akan menjadi pemimpin “kacamata kuda”. Pemimpin yang menghadapi masalah sesuai dengan “teks” yang sudah diajarkan.