Kemuliaan Palsu Menjadi Kemuliaan Sejati

NYANYIAN PEMBUKA

Bagaikan Bejana

 

Bagaikan bejana siap dibentuk

Demikian hidupku di tanganMu

Dengan urapan kuasa RohMu

Ku dibaharui selalu

Jadikan ku alat dalam rumahMu

Inilah hidupku di tanganMu

Bentuklan sturut kehendakMu

Pakailah sesuai rencanaMu

Ku mau sperti-Mu Yesus, disempurnakan selalu

Dalam segnap jalanku, memuliakan namaMu

 

DOA PEMBUKA

Dipimpin oleh salah satu anggota keluarga

 

BACAAN ALKITAB   

Mazmur 84: 8-12

Daniel 5: 1-12

1 Petrus 5: 1-11

 

RENUNGAN

Dalam perjalanan hidup, kita sering kali mengejar kemuliaan yang salah, sebuah bayangan yang rapuh seperti yang dialami Raja Belsyazar dalam Daniel 5. Di puncak kekuasaan dan kemewahannya, ia berpesta pora dengan menggunakan perkakas suci rumah Tuhan untuk memuaskan kesombongannya. Namun, kemuliaan palsu yang dibangun di atas penghinaan terhadap Yang Mahakudus itu runtuh dalam sekejap dengan munculnya tulisan tangan di dinding. Kehidupannya yang tampak hebat ternyata sedang ditimbang dan didapati terlalu ringan. Cerita ini menjadi cermin bagi kita di zaman modern, di mana kesuksesan, harta, dan pengakuan duniawi sering dijadikan tolok ukur kemuliaan. Fondasi seperti ini sangatlah rapuh dan siap digoncang oleh berbagai “tulisan di dinding” dalam hidup kita, seperti kegagalan, krisis kesehatan, atau kehilangan, yang menyadarkan kita bahwa semua kemegahan duniawi adalah sementara.

Namun, ada jalan lain yang ditawarkan, sebuah perjalanan menuju kemuliaan yang sejati seperti yang dirindukan Pemazmur. Bagi pemazmur, kemuliaan sejati bukanlah tentang tinggal di istana yang megah, tetapi justru tentang mengalami hadirat Tuhan dalam setiap langkah, bahkan di tengah lembah kekurangan. “Lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain,” serunya. Kemuliaan sejati ini ditemukan dalam kerendahan hati untuk mengandalkan Tuhan sebagai perisai dan sumber kekuatan. Inilah kemuliaan yang tidak mencolok mata, tetapi penuh dengan damai sejahtera dan kepastian, karena fondasinya adalah kasih karunia Tuhan yang tidak pernah menolak orang yang hidupnya benar.

Lalu, bagaimana kita menjalani praktik hidup dalam kemuliaan sejati ini? Surat 1 Petrus memberikan panduan yang sangat relevan. Pertama, kita diajak untuk hidup dalam kerendahan hati, dengan “mengikat pinggang” kita dengan sikap itu. Di dunia yang mendewakan pencapaian diri, kita justru diajak untuk merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat, percaya bahwa Dialah yang akan meninggikan kita pada waktunya. Kedua, kita harus waspada dan bertahan melawan si jahat yang terus menggoda kita dengan tawaran kemuliaan instan dan palsu, sama seperti ia mencobai Belsyazar. Kita diajak untuk bertekun dalam iman, sadar bahwa pergumulan yang kita alami adalah hal yang wajar dalam perjalanan iman. Akhirnya, kita diajak untuk memandang pada anugerah akhir, bahwa setelah menderita seketika, Tuhan sendiri yang akan memulihkan, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan kita. Inilah kemuliaan sejati yang kekal—bukan yang kita bangun sendiri, tetapi yang dikaruniakan oleh Allah segala kasih karunia kepada mereka yang setia dan rendah hati di hadapan-Nya. @vals.13

 

DOA SYAFAAT

Dipimpin oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga

  • Kehidupan pribadi agar tetap berpusat pada Kristus
  • Kehidupan keluarga agar terus dapat saling menguatkan
  • Kesehatan fisik, mental dan spiritual orang-orang terkasih
  • Perdamaian dan keadilan di dunia

 

NYANYIAN PENUTUP

Ku Persembahkan Hidupku

https://youtu.be/viR70n8PBUE?si=xMyFjZcW61O5QMy9

 

Ini aku, s’mua milikku

Kuserahkan pada Mu Tuhan

Penyesalan dan kebanggaan

Suka dan duka, s’mua kuserahkan

Yang t’lah lalu, yang ‘kan datang

Hasrat dan harapan yang terbayang

Masa depan dan rencanaku

S’mua kuserahkan dalam tangan Mu

Reff:

Kupersembahkan hidupku kepada Mu Tuhan

tuk kemuliaan Mu

Kuberikan hidup ini s’bagai persembahan

Yang berkenan pada Mu

Kuberikan hidupku

Komentar Anda

Your Email address will not be published.