Menjaga Hati Orang Lain

Saat teduh

Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya

Nyanyian Umat          

KJ 4 – Hai Mari Sembah

 

Hai mari sembah Yang Mahabesar,
nyanyikan syukur dengan bergemar.
Perisai umat-Nya, Yang Mahaesa,
mulia nama-Nya, takhta-Nya megah!

 

Hai masyhurkanlah keagungan-Nya;
cahaya terang itu jubah-Nya.
Gemuruh suara-Nya di awan kelam;
berjalanlah Dia di badai kencang.

 
Bacaan I: Habakuk 2.12–20

Pesan yang penting dalam perikop ini

Biasanya manusia cenderung melakukan sesuatu karena takut hal-hal buruk menimpanya jika ia tidak melakukannya. Misalnya, tidak lulus ujian kalau tidak belajar. Ditilang atau dedenda jika tidak memakai helm kala bermotor.

 

Bagian ini memperlihatkan peringatan tentang hal-hal yang bakal dialami manusia kalau menjalani hidup dengan berbagai kesewenang-wenangan, yang meliputi kekerasan, ketidakadilan, dan penyembahan berhala.

 

Jika manusia hidup dengan mengandalkan kekerasan dan kekuatan diri, maka Tuhan akan menghancurkannya. Hal ini memperingatkan kita agar tidak hidup menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Apalagi jika perbuatan kita mendatangkan korban.

 

Demikian pula dengan orang yang mempermalukan sesama. Mereka yang melakukan hal ini akan diganjar hukuman berupa murka Allah, yang tak dapat dihadapi oleh siapapun.

 

Sebaliknya, kalau kita hidup dengan hati lurus, memuliakan Allah dalam segala situasi, maka Allah juga akan memuliakan kita.

 

Pesan pentingnya bagi kita adalah supaya kita hidup merenungkan segala sesuatu yang akan kita jalani. Pakailah panduan yang dapat diandalkan, berupa Roh Kudus yang bersemayam dalam diri kita.

 

Doa Pembuka

Dipimpin seorang anggota keluarga

 

Mazmur 3

Bacalah bagian ini dengan beberapa cara

  1. Seorang membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan
  2. Seorang membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang mengarah ke kanan
  3. Kaum laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan membaca yang mengarah ke kanan

 

Bacaan II: Markus 11.12-14, 20-24

Pesan melalui perikop 

 

Kisah ini menggunakan pohon ara sebagai alat bantu memahami ajaran Yesus.

Dalam PL, pohon ara sering melambangkan Israel (Hos. 9:10; Yer. 8:13). Pohon berdaun tapi tak berbuah menggambarkan kehidupan rohani yang tampak indah dari luar, tetapi kosong dari buah iman dan ketaatan. Yesus juga menekankan hidup yang tulus dan murni, yang bukan didasarkan pada ketakutan pada hukuman, karena dianggap melalaikan kewajiban atau takut dinilai buruk oleh orang lain (pencitraan).

Tentang hal ini, mari kita merefleksikannya melalui 3 sisi hidup kita, yakni sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan (motoris).

Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:

  • Apa yang kita pikirkan kala mau melakukan sesuatu? Dampaknya terhadap orang lain? Atau seberapa besar keuntungan yang bisa kita peroleh kalau melakukannya?
  • Apakah kita suka berpikir bahwa sikap kita munafik? Kalau kita merasa yang kita lakukan tidak didasari ketulusan, bagaimana kiat berencana mengubah diri kita?

 

Selain itu, kita juga diajak mengembangkan perasaan berikut:

  • Pada waktu mau melakukan sesuatu, apakah kita memikirkan apa yang orang lain rasakan sebagai akibat dari perbuatan kita?
  • Apakah kita merasakan pergerakan spiritual kala melakukan sesuatu, entah yang baik atau yang buruk? Jika melakukan hal baik, apakah hati kita tergerak dan semakin merasa dekat dengan Tuhan?

 

 

Kedua sisi itu tentu akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis. Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:

  • Berdoalah dengan sungguh agar kita semakin diteguhkan hidup dalam takut akan Tuhan, bukan takut dinilai atau dihakimi manusia; dan dengan demikian lebih memotivasi kita hidup bagi kebaikan terhadap sesama, demi pembangunan kehidupan
  • Berdoalah juga agar hidup kita bisa sesedikit mungkin merugikan atau menyakiti perasaan sesama kita: pasangan (suami-istri), anak atau orangtua, teman, tetangga, rekan kerja, teman sepersekutuan, rekan pelayanan, atau siapapun

 

Doa Bersama

Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa:

  • Perencanaan pelayanan gereja, sampai akhir tahun: kegiatan rutin di komisi-komisi, agenda bulan keluarga dan keterlibatan umat dalam setiap acara yang ditawarkan panitia, sampai persiapan Natal dan penghayatan akan kedatangan Tuhan Yesus
  • Situasi dunia dan harap akan perdamaian, mengingat berbagai peristiwa kekerasan yang terus terjadi di banyak tempat

 

Nyanyian Umat

KJ 467 – Tuhanku, Bila Hati Kawanku

 

Tuhanku, bila hati kawanku
terluka oleh tingkah ujarku,
dan kehendakku jadi panduku,
ampunilah.

 

Jikalau tuturku tak semena
dan aku tolak orang berkesah,
pikiran dan tuturku bercela,
ampunilah.

 

Dan hari ini aku bersembah
serta padaMu, Bapa, berserah,
berikan daku kasihMu mesra.
Amin, amin.

Komentar Anda

Your Email address will not be published.