Menanti Dengan Aktif
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
TUHANKU SEG’RA ‘KAN KEMBALI KE DUNIA
(KJ 277: 1-2)
Tuhanku seg’ra ‘kan kembali ke dunia.
Tak satupun tahu akan tiba waktunya:
Di pagi cerlang pada saat buana
Ditinggalkan sang malam pekat.
Refrein:
Masih lamakah Tuhanku?
Umat-Mu berseru, menyanyikan:
Kristus datang. Haleluya! Amin.
Haleluya! Amin.
Dan mungkin datang-Nya ‘kan di tengah hari
Dan mungkin di saat menurun mentari,
Di malam gelap, waktu orang tak nyana
Kristus datang ke dunia.
(kembali ke refrein)
Pembacaan Kitab Mazmur 124
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : Kejadian 8: 1-19
Perjanjian Baru : Roma 6: 1-11
Renungan
Minggu ini kita memasuki minggu Adven. Minggu di mana kita diingatkan kembali akan masa penantian kita atas kedatangan Tuhan. Penantian menempatkan kita pada sebuah situasi yang tidak pasti. Seperti seorang yang menantikan hadirnya orang lain. Sekalipun telah diberitahukan soal waktu kedatangannya, terkadang tetap saja ada hal-hal lain yang tak terduga bisa terjadi, sehingga perkiraan waktu kedatangan menjadi tidak tepat. Namun, dalam ketidakpastian itulah, kita tetap diminta untuk bersiap diri menyambut kedatangannya. Demikianlah yang ada dalam makna hari Adven yang kita rayakan. Sebagai manusia, kita telah menerima janji tentang kedatangan Tuhan kembali dalam kehidupan kita. Namun, soal waktu yang pasti terkait kedatangan itu masih menjadi suatu misteri yang tak terpecahkan sampai hari ini. Kita hanya diberikan panduan untuk membaca tanda-tandanya, namun tidak pernah dengan jelas waktu itu ditegaskan kepada kita. Dalam ketidakpastian itulah, kita dipanggil untuk menjadi umat yang menyiapkan diri dengan baik dalam menyambut kedatangan-Nya.
Bagaimana cara kita mempersiapkan diri kita? Bacaan hari ini memberikan panduan yang perlu untuk kita perhatikan dalam kehidupan kita. Setidaknya ada 2 bacaan yang memandu setiap langkah kita dalam mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya dalam kehidupan kita. Berdasarkan Roma 6: 1-11 kita dapat menarik kesimpulan bahwa dalam rangka menantikan kedatangan-Nya kembali, kita diajak untuk menjaga kekudusan hidup. Sebagai orang-orang yang telah dipersatukan dengan Tuhan, kita diajak untuk menunjukkan kehidupan yang seturut dengan kehendak-Nya. Tidak lagi melakukan dosa-dosa yang selama ini kita lakukan, melainkan mengarahkan diri pada kehidupan bagi Tuhan.
Tentang hal ini Paulus berkata, “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Roma 6: 9-11). Hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus dapat kita wujudkan dengan cara menjaga perilaku kita agar tidak lagi diwarnai dengan kejahatan dan berbagai perbuatan buruk dalam keseharian kita.
Hal ini menempatkan masa penantian sebagai masa yang dapat kita isi dengan sikap iman yang aktif. Artinya, penantian tidak harus kita isi dengan tindakan-tindakan berdiam diri dan berdoa saja. Kita harus secara aktif menunjukkan iman kita melalui berbagai tindakan di tengah keseharian kita, yang mencerminkan hakikat kita sebagai orang-orang yang menantikan kedatangan-Nya. Kita dapat belajar dari pengalaman Nuh dan keluarganya dalam menantikan surutnya air bah yang melanda hidup mereka. Kitab Kejadian 8: 1-19 menceritakan kepada kita tentang upaya Nuh dan keluarganya dalam menantikan surutnya air bah itu. Mereka berulang kali melepaskan burung-burung untuk memastikan apakah daratan telah menjadi kering atau belum. Ia melepaskan burung gagak dan burung merpati secara bergantian sampai pada akhirnya mereka tidak kembali ke bahtera itu. Tindakan Nuh ini menunjukkan sebuah tindakan iman yang aktif. Mereka percaya bahwa Tuhan akan menyelamatkan mereka dari air bah yang melanda bumi. Sebab itu, mereka menggunakan akal budi mereka untuk turut serta memastikan karya penyelamatan itu.
Demikian jugalah yang sebenarnya Tuhan kehendaki terjadi dalam kehidupan kita di masa penantian ini. Kita dipanggil untuk tidak hanya menunggu dengan berdiam diri dan tenggelam dalam berbagai ritus iman kita. Sebagai umat-Nya kita dipanggil untuk menantikan dengan cara hidup yang aktif menunjukkan kualitas iman kita melalui akal budi yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Oleh karena itu, masa penantian tidak harus dimaknai sebagai masa menunggu tanpa aktivitas, melainkan juga harus dilihat sebagai kesempatan untuk kita melakukan tindakan-tindakan yang mencerminkan bahwa kita adalah orang-orang yang percaya pada janji Tuhan.
Masa adven perlu dimaknai sebagai masa kita melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk memuliakan Tuhan yang kita nantikan kedatangan-Nya. Masa di mana kita perlu meningkatkan perbuatan-perbuatan yang menunjukkan keimanan kita kepada-Nya. Misalnya dengan menyediakan waktu untuk mengunjungi saudara-saudara kita yang sakit, segera mengampuni kesalahan orang lain, atau melakukan pelayanan kepada anak-anak yatim dan janda-janda melalui apa yang kita punya, dan tindakan-tindakan iman yang lainnya. Dengan demikian, sekalipun kita sedang menanti kedatangan Tuhan, kita tidak hanya berdiam diri menunggu, melainkan terus aktif memanfaatkan kesempatan untuk melakukan apa yang bisa kita lakukan bagi kemuliaan Tuhan. Itulah masa penantian yang harus kita jalani. Tuhan memberkati kita. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
Berdoalah agar pemerintah dapat selalu menciptakan peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Nyanyian Penutup
TUHANKU SEG’RA ‘KAN KEMBALI KE DUNIA
(KJ 277: 3-4)
Dan k’lak membahanalah riuh “Hosana”.
Malaikat pun turun mengiring Rajanya.
Parasnya cerlang dan penuh kemuliaan
Serta kasih ‘kan umat-Nya.
Refrein:
Masih lamakah, Tuhanku?
Umat-Mu berseru menyanyikan
Kristus datang. Haleluya! Amin.
Haleluya! Amin.
Enyahlah derita, lenyap ratap tangis
Dan hilanglah maut, tanda kuasa iblis.
Hatiku penuh mengenang ‘kan detiknya
Milik Yesus dit’rima-Nya.
(kembali ke refrein)

Komentar Anda