Jangan Takut Dibilang Gila

Saat Teduh

 

Nyanyian Pembuka 

 

TUHAN ALLAH, NAMAMU

(KJ 5: 1, 6)

 

Tuhan Allah, namaMu 

kami puji dan masyhurkan;

isi dunia sujud di hadapanMu, ya Tuhan!

Bala sorga menyembah 

Dikau, khalik semesta!

Tiap hari namaMu 

kami puji dan muliakan,

kini dan selalu t’rus 

sampai kesudahan zaman.

Buat kami bertekun 

hingga Hari DatangMu.

Pembacaan Kitab Mazmur 61

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)

Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)

Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama   : 2 Raja-raja 5: 15-19

Perjanjian Baru    : Kisah Para Rasul 26: 24-29

Renungan 

   Dianggap gila. Ya itulah yang dialami Paulus, ketika ia menghadapi persidangannya di hadapan Agripa, di Yerusalem. Mengapa ia dianggap gila? Sebab ia menceritakan apa yang ia temukan sebagai kebenaran dalam perjalanan imannya.  Paulus mengalami perjumpaan dengan Tuhan yang membukakan kepadanya sebuah kebenaran tentang Yesus Kristus dan dia menjadi percaya kepada-Nya. Pengalaman inilah yang ia ceritakan di hadapan Agripa dan Festus. Namun, justru karena ceritanya, yang menurut orang-orang pada masa itu, tidak masuk akal, maka ia dianggap gila. Bahkan Festus mengatakan, “Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila.” (ay. 24)

   Apa yang dialami oleh Paulus ini, mengingatkan saya pada kisah Galileo Galilei, yang pada waktu itu juga dianggap gila dan sesat karena apa yang ia temukan dalam perjalanan hidupnya. Galileo adalah seorang ilmuwan yang hidup pada tahun 1564 – 1642. Dalam perjalanannya sebagai seorang ilmuwan, ia menemukan fakta bahwa pusat alam semesta bukanlah bumi, sebagaimana dipahami oleh orang-orang pada zamannya. Pusat alam semesta adalah matahari. Bulan matahari yang mengelilingi bumi, melainkan bumi yang mengelilingi matahari. Ia mendukung Copernicus tentang peredaran bumi mengelilingi matahari dan matahari sebagai sistem tata surya. 

   Namun apa yang kemudian orang-orang katakan tentangnya? Apakah pemikiran dan penemuan Galileo itu diterima dengan baik? Ternyata tidak. Akibat pandangannya itu ia dianggap gila. Dia dianggap melenceng dari keyakinan yang selama ini dianut oleh masyarakat maupun gereja saat itu. Pada tanggal 22 Juni 1633 dia diajukan ke pengadilan gereja Italia. Dalam pengadilan itu, Galileo dihukum dengan pengucilan (tahanan rumah) sampai meninggalnya.

   Terkadang menemukan kebenaran yang baru dalam hidup membawa kita pada pandangan, pemikiran, dan sikap yang berbeda dengan lingkungan kita, seperti yang dialami oleh Paulus dan Galileo. Mungkin karena kebenaran yang kita temukan itu, kita akan dianggap sok suci, sok tahu, dan bahkan gila oleh lingkungan kita. Pertanyaannya adalah apakah kita akan tetap memegang kebenaran yang Allah bukakan dalam hidup kita itu atau kita tinggalkan? 

    Paulus dan Galileo memilih untuk tetap memegang kebenaran itu, sekalipun resiko yang mereka hadapi tidak mudah. Mereka tidak mau melepaskan kebenaran itu dari hidup mereka. Karena ‘kegilaan’ mereka inilah, kebenaran tentang Kristus dan tentang alam semesta yang Allah bukakan dalam hidup manusia dapat disebarkan dengan baik dari generasi ke generasi. Mereka adalah orang-orang yang telah dipakai Allah untuk menyatakan kebenaran dalam bidang hidup mereka masing-masing. Kini Allah mau memakai kita juga dalam hidup kita di masa sekarang ini. Jika mereka bisa, maka sejatinya kita pun pasti bisa untuk melakukan hal yang sama jika kita mau. Biarkan Allah memakai hidup kita untuk menyatakan kebenaran-Nya. Jangan takut dipandang gila oleh dunia, selama kita hidup dalam kebenaran yang Allah nyatakan kepada kita. Siapa tahu, justru dengan kegigihan kita, ada sesuatu yang sedang Allah nyatakan bagi dunia. Selamat merenungkannya. Tuhan memberkati kita.

   

Doa Syafaat dan Penutup

Berdoalah untuk masyarakat Indonesia agar dimampukan untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Nyanyian Penutup

 

SETIAKAH DIRIKU PADAMU

(PKJ 154: 1, 3)

  

Setiakah diriku padaMu, Tuhanku?

Dan siapkah hatiku mengiringMu terus?

‘Ku harus mengaku tidak tekun,

semangat pun rentan

dan jiwaku yang rapuh

membuatku bercela.

Menapak jalan Tuhan, meski letih lesu,

tetap Engkau ‘kuturut, apapun maksudMu.

Engkaulah jalanku, kebenaranku,

Kaulah hidupku.

Jadikanlah hambaMu

berguna di ladangMu.

Komentar Anda

Your Email address will not be published.

Arsip Tata Ibadah Harian Keluarga