Dari Kekeringan Menuai Berkat
NYANYIAN PEMBUKA
NKB 73 “Kasih Tuhanku Lembut”
- Kasih Tuhanku lembut! PadaNya ‘ku bertelut
dan ‘ku dambakan penuh: Kasih besar!
Yesus datang di dunia, tanggung dosa manusia;
bagiku pun nyatalah: Kasih besar!
Reff
Kasih besar! Kasih besar!
Tidak terhingga dan ajaib benar: Kasih besar!
- DitolongNya yang penat dan berbeban berat
juga orang yang sesat, Kasih besar!
Walau hatimu cemar, kasihNya lebih besar
dan membuat ‘kau benar, Kasih besar!
DOA PEMBUKA
Dipimpin oleh salah satu anggota keluarga
BACAAN ALKITAB
Mazmur 84:1-7
Yeremia 14: 1-6
Lukas 1: 46-55
RENUNGAN
Kehidupan kerap menghadirkan masa “kekeringan”. Mazmur 84:1-7 menggambarkan kerinduan mendalam akan hadirat Allah, “Jiwaku hancur karena merindukan pelataran Tuhan.” Ini adalah gambaran spiritual di mana jiwa kita haus akan sumber air hidup. Namun, pemazmur tidak berhenti pada kelangkaan itu. Ia menemukan kekuatan dalam perjalanan menuju Sion. “Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu,” serunya. Bahkan di lembah kekeringan, mereka membuatnya menjadi tempat bermata air. Inilah paradoks iman: justru dalam perjalanan melewati tempat tandus, kita menemukan penyegaran karena Allah hadir sebagai sumber kekuatan.
Kekeringan yang nyata digambarkan dalam Yeremia 14:1-6. Nubuat ini melukiskan gambar suram. Yehuda dilanda kelaparan, para bangsawan mencari air yang tidak ada, mereka kembali dengan muka muram. Bumi merekah karena tidak ada hujan. Gambaran ini mewakili pengalaman manusiawi kita akan krisis. Keuangan kering, hubungan retak, kesehatan menipis, atau harapan layu. Seperti tanah merekah, hati kita pun bisa merasakan hal serupa. kosong, tandus, dan seolah Tuhan diam. Kita berusaha mencari solusi, tetapi seringkali kembali dengan tangan hampa.
Di tengah dua gambaran tentang kelangkaan ini, Lukas 1:46-55 memberikan respons revolusioner. Maria, perempuan muda dari desa terpencil, yang secara sosial-ekonomi mungkin berada dalam situasi “kering”, justru melantunkan pujian, “Jiwaku memuliakan Tuhan.” Magnificat-nya adalah nyanyian tentang pembalikan total karya Allah. Ia yang Mahakuasa bekerja melalui yang lemah, rendah, dan lapar. Allah mengisi yang lapar dengan hal-hak baik, tetapi menyuruh orang kaya pergi dengan tangan hampa. Inilah kunci renungan kita: Allah mengubah kelangkaan menjadi kelimpahan melalui cara-Nya yang tak terduga, yaitu kerendahan hati dan penyerahan diri.
Maria tidak mengeluh tentang keadaan sosialnya yang “kering”. Ia memilih memandang Allah yang setia pada janji-Nya, yang mengingat orang kecil dan lapar. Iman Maria mengubah narasi. Dari yang secara duniawi dianggap “kekurangan”, ia menjadi saluran kelimpahan kasih karunia Allah bagi dunia.
Mari kita renungkan. Di manakah kita mengalami “kekeringan”? Mazmur 84 mengajak kita tetap merindukan Allah dan berjalan dalam iman, percaya bahwa di lembah kekeringan, Ia menyediakan mata air. Yeremia mengingatkan bahwa krisis itu nyata, tetapi bukan akhir segalanya. Maria menunjukkan sikap hati menang: bukan mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi merendahkan diri dan mempercayakan hidup pada Allah yang sanggup membalikkan situasi.
Ketika hidup terasa seperti padang gurun gersang, mari belajar dari Maria. Pilihlah memuliakan Tuhan, percaya bahwa dalam Kristus, Allah telah turun ke dalam “kekeringan” dosa dan kematian kita, dan membangkitkan kita menuju kehidupan berkelimpahan. Dari kelangkaan, kita akan menuai kelimpahan kasih karunia-Nya. @vals.13
DOA SYAFAAT
Dipimpin oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga
- Kehidupan pribadi agar tetap berpusat pada Kristus
- Kehidupan keluarga agar terus dapat saling menguatkan
- Kesehatan fisik, mental dan spiritual orang-orang terkasih
- Perdamaian dan keadilan di dunia
NYANYIAN PENUTUP
KJ 450 “Hidup Kita Yang Benar”
- 1. Hidup kita yang benar haruslah mengucap syukur.
Dalam Kristus bergemar; janganlah tekebur.
Reff:
Dalam susah pun senang; dalam segala hal
Aku bermazmur dan ucap syukur; itu kehendakNya!
- 2. Biar badai menyerang, biar ombak menyerang,
aku akan bersyukur kepada Tuhanku. - 3. Apa arti hidupmu? Bukankah ungkapan syukur,
kar’na Kristus, Penebus, berkurban bagimu!

Komentar Anda