Bertahan Agar Akhirnya Jadi Juara
Saat teduh
Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya
Nyanyian Umat
KJ 1.1,2 “Haleluya, Pujilah”
Haleluya! Pujilah
Allah Yang Agung, Mahaesa
Dalam Kristus kita kenal
Allah Yang Hidup, Bapa kekal!
Langit, buana, semesta
patut memuji kuasa-Nya,
kar’na berkat-Nya tak henti
limpah kasih-Nya tak terperi
Wahai dunia, soraklah!
Angkat suaramu, nyanyilah!
Tabuhlah tifa dan gendang,
iringi puji dalam tembang!
Bacaan I: Yehezkiel 43.1-12
Pesan yang penting dalam perikop ini
Perikop ini menegaskan bahwa Allah merupakan penghuni dan pemilik Bait Suci, dan Ia akan berada di situ selamanya. Umat diundang memasukinya, namun juga diharuskan hidup dalam kekudusan dan menghindarkan kenajisan.
Doa Pembuka
Dipimpin seorang anggota keluarga
Mazmur 141
Bacalah bagian ini dengan beberapa cara
- Seorang membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan
- Seorang membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang mengarah ke kanan
- Kaum laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan membaca yang mengarah ke kanan
Bacaan II: Matius 23.37 – 24.14
Pesan melalui perikop
Bagian pertama memperlihatkan ratapan terhadap Yerusalem, yang merupakan ikon tempat suci, di mana Allah bernaung. Para penguninya menolak para nabi dan kemudian juga menolak Yesus.
Tentang hal ini Yesus menyatakan bahwa Bait Allah memang akan hancur, merujuk pada diri-Nya yang akan mati di kayu salib. Sebelum hal itu terjadi, akan muncul penyesatan, penderitaan, yang sebenarnya juga mengacu pada apa yang dialami Yesus sebelum kematian-Nya.
Belajar dari apa yang diceritakan Yesus, mari kita merefleksikannya melalui 3 sisi hidup kita, yakni sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan (motoris).
Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:
- Dalam hidup, Yesus sudah menjanjikan dan menyediakan sarana penting agar bisa menemukan kekudusan, yakni melalui hidup yang senantiasa diperbarui di dalam dan bersama Dia. Sudahkah kita memanfaatkannya?
Selain itu, kita juga diajak mengembangkan perasaan berikut:
- Ketika Yesus ditolak dan penolakan terhadap-Nya semakin meluas, akankah kita juga terseret dan ikut-ikutan menolak Dia? Tanda-tandanya adalah kita semakin mengandalkan diri sendiri dan kehilangan kehangatan kasih terhadap Tuhan dan sesama.
- Juga akan ditemukan banyak orang meninggalkan Yesus dan mengikuti ilah lain karena merasa lebih dipuaskan dan pengaruhnya lebih masuk akal. Bagaimana kita menyikapi gejala ini?
Kedua sisi itu tentu akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis. Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:
- Kesadaran yang dibangkitkan oleh Injil, dengan mencatatkan satu pesan penting, ”siapa yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan” semoga membuat kita tetap berusaha setia kepada Tuhan, dengan memelihara nilai-nilai hidup yang diajarkan Yesus.
- Apakah kita berusaha juga memberitakan Injil Yesus, agar kita juga terus berada dalam keyakinan dan keselamatan yang ditawarkan-Nya?
Doa Bersama
Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa:
- Agar umat bisa semakin meneguhkan tekadnya melayani di gereja dan lebih banyak berkiprah dalam ladang pelayanan gerejawi
- Persiapan menuju Natal, agar umat dan panitia bisa semakin fokus pada upaya membangun spiritualitas seputar lahirnya Yesus, supaya Yesus bukan cuma ”lahir” di hati, melainkan juga tumbuh berkembang dan mengakar dalam hidup kita semua
Nyanyian Umat
NKB 197.1,4 ”Besarlah Untungku”
Besarlah untungku jika Yesus milikku,
bersuka jiwaku kar’na damai yang penuh.
meskipun angin k’ras badai dunia menderu,
tak goyah hatiku kar’na Yesus milikku.
Benar, benar, besarlah untungku.
Benar, benar, besarlah untungku.
Benar, benar, besarlah untungku.
Ketika Yesus sungguhlah tetap milikku.
Sekarang hidupku sungguh mulia benar
di dalam kasih-Nya ‘ku selalu bergemar.
Janji-Nya ‘ku dengar kar’na Yesus milikku:
” ‘Ku sambut datangmu dalam rumah Bapa-Ku”

Komentar Anda