Memaknai Hidup Agar Bisa Jadi Luar Biasa
Saat teduh
Umat berdiam diri sekitar 30 detik, merenungkan segala bentuk kebaikan Tuhan yang sudah diterimanya
Nyanyian Umat
“Mengenal-Mu”
Dinyanyikan 2x
Bila kubuka mataku
Dan lihat wajah-Mu
Ku terkagum
Bila kulihat hidupku
Dan karya tangan-Mu
Ku tersanjung
Kar’na semua yang baik
Dalam hidupku
Itulah karya-Mu
Kau b’ri kesempatan yang baru
Dan ku ingin mengenal-Mu, Tuhan
Lebih dalam dari s’mua yang kukenal
Tiada kasih yang melebihi-Mu
Ku ada untuk menjadi penyembah-Mu
Bacaan I: Amos 5.12–24
Pesan yang penting dalam perikop ini
Kehidupan orang Israel di masa ini dipenuhi berbagai tindak kejahatan. Ironisnya itu dilakukan orang-orang pilihan Tuhan, yang menindas orang benar, menerima suap, dan mengabaikan hak orang miskin. Tindakan-tindakan ini mengarah pada diskriminasi, dengan tidak merasa bersalah sedikitpun.
Terhadap hal ini, Tuhan menegur mereka dan menyerukan agar mereka membenci kejahatan. Sebab segala peribadahan yang mereka lakukan tidak bisa menghapus kejahatan yang mereka perbuat. Sia-sialah semua persembahan, perayaan – berupa doa dan nyanyian pujian – serta berbagai perbuatan lainnya jika disertai oleh sikap yang mendua. Hal semacam itu tidak berkenan bagi Tuhan. Ritual sebaik dan sesering apapun tidak ada artinya jika hidup sehari-hari mereka diwarnai kejahatan.
Doa Pembuka
Dipimpin seorang anggota keluarga
Mazmur 50
Bacalah bagian ini dengan beberapa cara
- Seorang membacanya, sementara anggota keluarga lain mendengarkan
- Seorang membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara yang lain membaca bagian yang mengarah ke kanan
- Kaum laki-laki membaca bagian yang mengarah ke kiri, sementara kaum perempuan membaca yang mengarah ke kanan
Bacaan II: Lukas 19.11-27
Pesan melalui perikop
Ini cerita tentang seorang bangsawan yang pergi karena akan dilantik menjadi raja di sebuah negeri yang jauh. Sebelum pergi, ia mempercayakan uang mina kepada hamba-hambanya. Ia memberikan uang mina itu sambil berkata, “Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.”
Setelah dilantik menjadi raja dan kembali ke rumahnya, ia menjumpai hamba-hambanya dan meminta pertanggungjawaban atas usaha dagangnya. Hamba pertama melapor dan mengatakan bahwa ia sudah berhasil menggandakan satu mina menjadi 10 mina. Terhadap hal ini sang raja puas dan menghadiahkannya kepercayaan mengelola 10 kota. Hamba kedua melapor dan mengatakan bahwa ia sudah menghasilkan 5 mina. Di mata tuannya, ia telah menggunakan kepercayaannya dengan baik, dan menghadiahkannya kepercayaan mengelola 5 kota.
Namun ada satu hamba yang minanya disimpan dalam sapu tangan dan tidak menggunakannya untuk berdagang. Sang raja itu kecewa dengan sikapnya dan meminta uang itu diserahkan kepada yang menghasilkan 10 mina.
Belajar dari apa yang diceritakan Yesus, mari kita merefleksikannya melalui 3 sisi hidup kita, yakni sisi nalar (kognitif), sisi rasa (afektif), serta sikap atau tindakan (motoris).
Secara nalar, kita diajak mengkritisi hal-hal berikut:
- Tuhan mempercayakan kita banyak kesempatan dalam hidup agar dipakai dan dimanfaatkan agar menjadi sesuatu yang berharga. Apakah kita sudah memakainya secara baik dan optimal?
- Setiap kesempatan dari Tuhan bisa menjadi sesuatu yang penting jika kita memaknainya sebagai tanda kemurahan Tuhan, yang bisa mendatangkan kebaikan bagi hidup (orang lain dan seluruh ciptaan). Mengertikah kita konsep ini?
Selain itu, kita juga diajak mengembangkan perasaan berikut:
- Ada satu nilai yang diajarkan Yesus dalam pesan ini, yakni tentang kesetiaan. Seorang yang setia akan mengupayakan sesuatu yang baik yang dipesankan tuannya (dalam hal ini, tuannya memintanya menggunakan mina sebagai modal berdagang, dan ia melakukannya tanpa alasan macam-macam). Apakah kita juga setia ketika diminta Tuhan melakukan suatu pekerjaan tertentu?
Kedua sisi itu tentu akan memengaruhi tindakan kita, yang diharapkan bisa dilakoni secara etis. Setidaknya, kita bisa mengukur apakah hidup kita sudah dijalani seperti ini:
- Seperti hamba yang terakhir melapor, kita juga akan menerima konsekuensi dihukum apabila tidak mengerjakan perintah Tuhan dengan setia. Bagaimana kita menyiapkan diri kita menghadapi hal semacam ini?
- Apa yang kita ingin lakukan selama hidup? Adakah rencana yang sudah kita buat sehubungan dengan kerinduan melayani orang lain sesuai dengan perintah Tuhan kepada kita?
Doa Bersama
Dipimpin seorang anggota keluarga, dengan pokok doa:
- Agar umat bisa hidup dalam pelayanan dengan membagi waktunya secara baik, sehingga membuatnya lebih menikmati keutuhan hidup
- Persiapan memasuki perayaan Natal; kiranya panitia Natal GKI Serpong dimampukan menata berbagai kegiatan agar bisa menolong umat menghayati makna Natal
Nyanyian Umat
”Melayani Lebih Sungguh”
– Bebas, dinyanyikan berapa kali sesuai dengan keinginan
Melayani, melayani lebih sungguh 2x
Tuhan lebih dulu telah melayani aku
Melayani, melayani lebih sungguh

Komentar Anda