Ibadah Sejati

NYANYIAN PEMBUKA

Biarlah Manis Kau Dengar

https://youtu.be/vOIawYAkPZE?si=Y-qDDE28uJvckn4z

 

Ya Tuhanku
Aku hendak bernyanyi bagiMu
Selama ku hidup
Ya Allahku
Aku hendak bermazmur bagiMu
Selagi ku ada

Inilah yang kurenungkan
Setiap waktu
Nyanyian pujian dan pengagungan
KepadaMu
Biarlah manis Kau dengar, Tuhan
Manis Kau dengar, Tuhan
Dan hatiku bersuka kar’naMu

DOA PEMBUKA

Dipimpin oleh salah satu anggota keluarga

 

BACAAN ALKITAB   

Mazmur 50

Zakaria 7:1-14

Yudas 1:5-21

 

RENUNGAN

Terkadang, tanpa sadar, kita memisahkan antara apa yang kita lakukan di gereja dengan bagaimana kita hidup sepanjang minggu. Mazmur 50 dengan tegas membukakan mata kita akan hal ini. Tuhan berbicara kepada umat-Nya yang rajin beribadah dan tekun membawa persembahan. Namun, teguran-Nya sungguh keras: “Dengarkan, umat-Ku, Aku akan berfirman!” Tuhan menolak ritual yang hanya berupa formalitas. Persembahan hewan mereka tidak berarti karena hati mereka jauh. Ibadah yang sejati bukanlah tentang memenuhi kewajiban agama atau menunjukkan kesalehan di depan orang lain. Ibadah sejati lahir dari hati yang haus akan hadirat-Nya, yang menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Ini adalah fondasi dari segala sesuatu. Bahwa ibadah kita pertama-tama adalah untuk Tuhan, bukan untuk memuaskan diri kita sendiri atau mendapatkan pujian dari manusia.

Lalu, seperti apa wujud ibadah yang sejati itu? Bacaan dari Zakaria 7 menjawabnya dengan jelas. Tuhan menegur mereka yang berpuasa dan melakukan ritual, tetapi hidup mereka penuh dengan ketidakadilan. Seruan Tuhan melalui nabi Zakaria sangat praktis: “Lakukanlah keadilan dan kasih setia, tunjukkanlah belas kasihan setiap orang kepada saudaranya!” Ibadah yang sejati tidak berakhir ketika kita keluar dari pintu gereja. Sebaliknya, ibadah itu justru terwujud dalam cara kita memperlakukan sesama. Kejujuran dalam transaksi, belas kasihan kepada yang lemah, dan integritas dalam perkataan dan perbuatan. Inilah “ibadah” dalam bentuknya yang paling nyata. Ibadah di hari Minggu harus menjadi sumber kekuatan untuk kita “beribadah” melalui hidup yang adil dan penuh kasih sepanjang minggu.

Akhirnya, surat Yudas mengingatkan kita bahwa ibadah yang sejati harus dilandasi oleh kekudusan. Yudas memperingatkan jemaat tentang orang-orang yang menyusup ke dalam persekutuan, yang mengubah kasih karunia Tuhan menjadi alasan untuk hidup dalam hawa nafsu. Ibadah yang sejati tidak mungkin bersatu dengan kehidupan yang sengaja berkompromi dengan dosa. Kita dipanggil untuk “mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.” Ini berarti kita harus dengan sengaja membangun hidup kita di atas dasar kebenaran firman Tuhan, berdoa dalam Roh Kudus, dan tetap berjalan dalam kasih Kristus. Ibadah yang sejati melibatkan seluruh hidup kita: hati yang menyembah, tangan yang melayani, dan kaki yang berjalan di jalan kekudusan.

Oleh karena itu, marilah kita mengevaluasi kembali makna ibadah kita. Apakah ibadah kita hanya berhenti pada nyanyian dan doa di gereja? Ataukah ibadah itu telah menjadi gaya hidup yang terlihat dari keadilan, belas kasihan, dan kekudusan dalam hidup sehari-hari? Mari kita datang kepada Tuhan dengan hati yang hancur dan rindu untuk taat. Biarlah setiap penyembahan, setiap perbuatan baik, dan setiap keputusan untuk hidup kudus, dipersembahkan sebagai ibadah yang sejati dan berkenan kepada Dia. Inilah ibadah yang memuliakan Tuhan.@vals.13

 

DOA SYAFAAT

Dipimpin oleh anggota keluarga atau dapat dibagi pada masing-masing anggota keluarga

  • Kehidupan pribadi agar tetap berpusat pada Kristus
  • Kehidupan keluarga agar terus dapat saling menguatkan
  • Kesehatan fisik, mental dan spiritual orang-orang terkasih
  • Perdamaian dan keadilan di dunia

 

NYANYIAN PENUTUP

PKJ 264 Apalah Arti Ibadahmu

  1. Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,
    bila tiada rela sujud dan sungkur?
    Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,
    bila tiada hati tulus dan syukur?

Reff:
Ibadah sejati, jadikanlah persembahan.
Ibadah sejati: kasihilah sesamamu!
Ibadah sejati yang berkenan bagi Tuhan,
jujur dan tulus ibadah murni bagi Tuhan.

  1. Marilah ikut melayani orang berkeluh,
    agar iman tetap kuat serta teguh.
    Itulah tugas pelayanan, juga panggilan,
    persembahan yang berkenan bagi Tuhan.

Komentar Anda

Your Email address will not be published.