Sabar Seperti Petani

NYANYIAN PEMBUKA
PKJ 128 – KASIH TUHAN YESUS TIADA BERTEPI
Syair: YEA Rompas-Awuy dan Yamuger, 1998, berdasarkan Efesus 3:18-19 dan 1 Korintus 13:4, 13,
Lagu: YEA Rompas-Awuy (dengan perubahan)
 
Kasih Tuhan Yesus tiada bertepi:
Lebar, panjang, tinggi, dalam tak terp’ri,
walau melampaui akal kita yang fana
dengan orang kudus kenal kasih yang kekal.
 
Iman dan harapan, kasih yang benar
dari ketiganya, kasih terbesar.
Kasih itu sabar, ia suka memberi,
tak megahkan diri tidak mengenal dengki.

 

DOA PEMBUKA

BACAAN ALKITAB      

YAKOBUS 5:7-12

 

RENUNGAN

Hidup saat ini dirasa menuntut serba cepat dan instan. Pesan harus segera dibalas, makanan harus siap saji, butuh informasi tinggal cari di browsing atau chat AI langsung dapat jawaban, impian ingin segera terwujud dalam waktu yang singkat, bahkan hubungan pun kadang diharapkan bisa langsung “klik”. Semua yang ingin serba cepat, dan kesabaran seolah jadi sesuatu yang langka. Sabar sering diartikan sekadar menunggu dengan diam, menahan emosi atau pasif menerima keadaan.

Firman Tuhan dalam Yakobus punya cara pandang lain tentang sabar. Ia tidak menggambarkan sebagai sikap pasif atau sekadar menahan diri. Yakobus justru memakai gambaran petani. Apa maksud dari Yakobus? Ia membandingkan kesabaran kita dalam menantikan kedatangan Tuhan dengan kesabaran seorang petani. Petani tidak hanya melempar benih dan tidur. Ia bekerja keras: membajak, menanam, menyiram dan menjaga dari gangguan hama. Tetapi setelah semua usaha itu, ia harus menanti. Ia tidak bisa memaksa matahati bersinar lebih cepat atau hujan turun lebih cepat dari waktunya. Ia hanya bisa percaya pada janji alam dan ketetapan waktu Tuhan.

Yakobus memakai gambaran ini untuk menguatkan jemaat yang sedang menderita. Mereka mengalami ketidakadilan, penindasan dan tekanan dari penguasa. Yakobus mengatakan “Teguhkanlah hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat”. Artinya jangan putus asa dan tetaplah percaya kepada Tuhan yang juga turut bekerja, meski belum bisa melihat hasilnya.

Dalam hidup kita, musim menunggu bisa datang dalam berbagai bentuk. Menunggu jawaban atas harapan dan doa yang belum tiba. Menunggu kesembuhan yang lama. Menunggu keadilan yang ditegakkan. Menunggu perubahan hati orang yang kita kasihi. Di masa itu mudah tergoda untuk mengeluh, menyerah atau menyalahkan Tuhan. Namun Yakobus menasihati untuk tidak bersungut-sungut. Sabar bukan berarti diam tanpa perasaan, melainkan terus percaya dan berbuat baik meski hasil belum nampak. Sabar bukan tanda kelemahan tapi kedewasaan iman. Kesabaran adalah ketekunan dalam doa dan bekerja. Seorang yang sabar adalah orang yang tahu Tuhan tetap berjalan bersamanya.

Hidup ini seperti ladang. Ada waktu menabur, ada waktu menunggu dan akan tiba waktu menuai. Tuhan tidak tidur atau lupa pada benih iman yang kit ataman. Tuhan ingin kita belajar menunggu dengan kesabaran seperti petani yang percaya bahwa hujan pasti datang di musimnya. Teruslah tekun berdoa, jangan menyerah dan teruslah bekerja. Karena segala sesuatu akan indah pada waktunya. Amin.

 

 

DOA SYAFAAT

  • Bersyukur keluarga yang Tuhan percayakan.
  • Kesabaran dan tidak menyerah untuk merawat keluarga.
  • Gereja yang peduli dan menyatu dengan masyarakat

 

NYANYIAN PENUTUP
PKJ 166 – Tenang dan Sabarlah
Syair: Be Still, My Soul; Katharina von Schlegel, 1752, bahasa Inggris oleh Jane Borthwick, 1855,
Terjemahan: E. L. Pohan (bait 1, 2 dan 4), 1966; Yamuger (bait 3), 1987,
Lagu: Jean Sibelius (1865 – 1957) (Finlandia)
 
Tenang dan sabarlah, wahai jiwaku.
Tahan derita, jangan mengeluh.
Serahkan sajalah pada Tuhanmu
segala duka yang menimpamu.
Allah setia, tak mengecewakan
yang di naunganNya ingin berteduh.
 
Tenang dan sabarlah, wahai jiwaku.
Biarkan Tuhan yang memimpinmu,
sebab di tangan Allah masa lampau,
dikendalikan masa depanmu.
Gelombang dahsyat tak kan menerpamu
kar’na di bawah kuasa Tuhanmu.

Komentar Anda

Your Email address will not be published.

Arsip Tata Ibadah Harian Keluarga