Pencarian Makna Hidup
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
TUHAN, ENGKAULAH HADIR
(NKB 216)
Tuhan Engkaulah hadir di dalam hidupku;
sama dengan udara ‘ku hirup kasih-Mu.
Dalam denyut jantungku kuasa-Mu bekerja;
tubuh dan panca indra, ‘Kau menggerakkannya.
Refrein:
Dikau yang kukasihi dalam sesamaku
Dikau yang aku puji dalam ciptan-Mu!
Juga di pekerjaan, ‘Kau, Tuhan, beserta,
juga Engkau dengarkan lagu keluh-kesah;
lagu mesin dan martil bising dan menderu,
lagu peras keringat naik kepada-Mu.
(kembali ke refrein)
Di dalam suka-duka ‘Kau ingin beserta,
turut memperjuangkan damai sejahtera.
‘Kau datang dalam Kristus, dosa dihapusNya.
Dalam kerajaanMu ‘Kau ubah dunia.
(kembali ke refrein)
Pembacaan Kitab Mazmur 57
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : 1 Samuel 25: 2-22
Perjanjian Baru : 1 Korintus 6: 1-11
Renungan
Pernahkah Anda berefleksi dalam hidup dengan mempertanyakan, Apa yang sebenarnya kita kejar dalam hidup ini? Mengapa kita repot-repot sekolah, kerja, dan membangun usaha? Untuk apa itu semua kita lakukan? Mungkin, sebagian dari kita akan menjawab, semua itu kita lakukan supaya hidup kita lebih sejahtera, damai dan bahagia. Namun, pertanyaan berikutnya, kalau sudah sejahtera, damai dan bahagia, lalu mau apa kita? Apakah mereka yang berpendidikan rendah, yang kerjanya sederhana, yang uangnya pas-pasan tidak sejahtera, damai dan bahagia? Inilah yang disebut upaya pencarian makna hidup. Kita bertanya pada diri kita untuk menemukan apa yang sebenarnya secara hakiki kita cari dalam hidup kita. Proses di mana kita mencari makna atas segala yang kita lakukan dalam hidup.
Hal itulah yang sebenarnya juga diupayakan oleh Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Korintus, khususnya pada 1 Kor. 6: 1-11. Paulus mengajak jemaat Korintus untuk bertanya dan berefleksi secara kritis terhadap apa yang sebenarnya yang mereka kejar dalam hidup mereka. Paulus melihat, sekalipun mereka mengaku sebagai orang beriman, namun hidup mereka justru terarah pada hal-hal yang tidak mencerminkan iman mereka. Hal ini nampak dari cara mereka menyikapi ketidakadilan yang terjadi dalam hidup mereka. Alih-alih menggunakan prinsip iman dalam mencari keadilan, mereka malah mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar hidupnya. Alhasil, yang mereka dapatkan adalah perilaku-perilaku yang tidak bijaksana dalam hidup.
Hal ini juga terjadi dalam diri Nabal, seorang pengusaha yang telah diberkati Tuhan dalam hidupnya, sehingga ia memiliki banyak kekayaan dan banyak orang yang bekerja di perusahaannya. Dalam 1 Samuel 25: 2-22 dikisahkan: suatu kali, perusahaan Nabal sedang memanen hasil usahanya selama ini. Mereka sedang melakukan pengguntingan bulu domba-dombanya untuk dijual. Ada tiga ribu ekor domba yang ia miliki, bahkan ia juga punya seribu ekor kambing. Di tengah masa panen itu, datanglah utusan Daud untuk meminta sedikit bantuan, agar Nabal berkenan berbagi berkat dengan mereka. Namun, apa yang ditunjukkan Nabal? Ia enggan untuk berbagi berkat dengan pasukan Daud.
Padahal selama ini, tanpa disadari Nabal, pasukan Daud telah membantu para penggembala domba dan kambingnya. Mereka tidak mengganggu dan menyerang para penggembala itu. Itu semua tidak diperhitungkan Nabal sebagai kebaikan pasukan Daud. Dia tetap enggan memberi bantuan dari kekayaan dan kelimpahan yang ia miliki. Untunglah, Nabal memiliki istri yang bijak. Istri yang bukan hanya menikmati hasil jerih lelah suaminya, namun menjadi teman yang berani mengingatkan suaminya, ketika suaminya berlaku salah dalam hidup. Nasihat Abigail itulah yang membuat Nabal terbebas dari dampak buruk atas keputusan dan sikap hidupnya yang tidak bijaksana itu.
Belajar dari dua kisah yang ditulis dalam Alkitab itu, kita diingatkan bahwa hidup bukanlah semata-mata proses yang membawa kita pada kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiaan bagi diri sendiri. Hidup memiliki makna yang jauh lebih luas dari itu. Kita masing-masing diminta untuk menemukan makna hidup kita secara pribadi dalam dunia ini. Proses pencarian makna hidup ini akan menghantar kita pada penemuan kebijaksanaan hidup yang Allah kehendaki dalam hidup kita. Kebijaksanaan yang bukan sekadar dalam arti sophia(kebijaksanaan intelektual universal), melainkan juga pronesis (kebijaksanaan praktis).
Satu prinsip yang harus selalu kita ingat dan pegang dalam sepanjang hidup kita sebagai orang beriman adalah “tugas orang beriman bukanlah sekadar mengetahui apa itu yang baik, adil, dan benar; melainkan ia harus mampu menerapkan kebaikan, keadilan, dan kebenaran dalam hidup.” Inilah panggilan kita. Kiranya kita dimampukan menjadi pribadi yang benar-benar dapat menemukan makna hidup kita secara mendasar, sehingga setiap keputusan, tindakan, dan perkataan kita dapat selalu menjadi berkat bagi kehidupan itu sendiri. Tuhan memberkati. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
Berdoalah bagi pemerintah agar dimampukan Tuhan untuk mengemban tugasnya dengan baik, sehingga melalui kepemimpinan mereka bangsa Indonesia menjadi bangsa yang jauh lebih adil, damai, dan sejahtera.
Nyanyian Penutup
SERING KUTANYA PADA DIRIKU
(PKJ 201)
Sering kutanya pada diriku;
Apa arti hidupku yang fana,
jangan sampai terbuai jiwaku
di dunia yang gelap.
Di kala hariku makin senja,
jiwa letih, tubuhku pun lemah,
cahaya hidup semakin redup,
sering meratap mengeluh.
Dengarlah, Tuhan, doa dan keluh!
Biar ‘ku tentram, meski pun dalam kemelut.
Di kala matahari terbenam,
ketika datang mempelai,
apakah suluhku tetap terang
menyambut dengan baik?
Apakah ahtiku tak tergemar
tinggalkan dunia yang penuh cemar
atau jiwaku akan menentang
menuju sorga yang tenang.
Lihatlah Tuhan, pergumulanku!
Pada-Mu, Tuhan, doa dan pengharapanku.

Komentar Anda