Hidup Dalam Terang dan Tujuan Allah

SAAT TEDUH

 

PUJIAN PEMBUKA

  1. 370 – ‘Ku mau berjalan dengan Jurus’lamatku 

‘Ku mau berjalan dengan Jurus’lamatku di lembah

berbunga dan berair sejuk. Ya, ke mana juga aku mau
mengikutNya. Sampai aku tiba di neg’ri baka.

 

Reff:

Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus; ‘ku tetap mendengar dan
MengikutNya. Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus;

ya, ke mana juga ‘ku mengikutNya!

 

‘Ku mau berjalan dengan Jurus’lamatku di lembah gelap,
di badai yang menderu. Aku takkan takut di bahaya apa pun,
bila ‘ku dibimbing tangan Tuhanku.

 

PEMBACAAN KITAB MAZMUR 50 : 1 – 8, 22 – 23

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)

 

DOA PEMBUKA DAN FIRMAN

 

PEMBACAAN ALKITAB

Kej. 11: 27-32, Mat. 6: 19-24

 

RENUNGAN

“Hidup dalam Terang dan Tujuan Allah”

 

Dalam kehidupan ini, manusia cenderung mengejar yang tampak: keberhasilan, kekayaan, kenyamanan, bahkan rutinitas keagamaan yang sekadar formalitas. Namun, apakah semua itu membawa kita lebih dekat kepada Tuhan? Apakah hidup kita berjalan menuju tujuan Allah atau berhenti di tengah jalan karena tergoda oleh kenyamanan dunia? Renungan hari ini mengajak kita melihat kembali di mana harta kita, di mana hati kita, dan apakah kita sungguh berjalan dalam terang dan tujuan Allah.

 

Mazmur 50:1–8, 22–23, Pemazmur menggambarkan Allah sebagai Hakim yang adil. Ia tidak menegur bangsa-Nya karena kurangnya kurban bakaran, melainkan karena sikap hati yang melupakan Tuhan. Allah rindu persembahan yang lahir dari syukur dan hidup yang benar. Tuhan tidak terkesan dengan ibadah yang hanya formalitas. Ia mencari hati yang benar, yang hidup dalam syukur dan kebenaran.

 

Kejadian 11:27–32, Terah, ayah Abram, memulai perjalanan menuju Tanah Kanaan. Namun, ia berhenti di Haran dan menetap di sana. Ayat ini tampak sederhana, tetapi menyimpan pelajaran besar: kadang kita memulai sesuatu yang baik, tetapi tidak menyelesaikannya karena kita berhenti di tempat yang nyaman.

Banyak orang berhenti di tengah perjalanan iman, terlalu cepat puas, atau menyerah di tengah jalan. Tapi Allah memanggil kita untuk terus melangkah menuju panggilan-Nya.

 

Matius 6:19–24, Yesus mengingatkan agar tidak mengumpulkan harta di bumi, tetapi di surga. Di mana hartamu berada, di situ hatimu berada. Kita tidak bisa mengabdi kepada Allah dan Mamon sekaligus.

Hidup kita mencerminkan apa yang paling kita hargai. Jika fokus kita pada hal-hal duniawi, maka hati kita jauh dari Allah. Tapi jika kita menaruh harta di surga, hati kita akan penuh terang dan kasih Allah.

 

Dari ketiga bacaan ini, kita diajak:

  1. Menilai kembali motivasi hidup dan ibadah kita:
    Apakah kita datang kepada Tuhan dengan hati yang bersyukur dan tulus, atau sekadar menjalankan kewajiban?
  2. Jangan berhenti di “Haran”:
    Jangan biarkan kenyamanan, rasa puas diri, atau ketakutan menghentikan perjalanan kita dalam iman. Terus melangkah hingga sampai pada tujuan Allah.
  3. Pilih Tuhan, bukan Mamon:
    Tentukan prioritas kita—apakah kita hidup untuk mengejar hal-hal duniawi atau hidup dalam terang dan kebenaran Allah?

 

Ungkapan Komitmen

Tuhan, tolonglah aku agar tidak terjebak dalam kesibukan dan kekayaan dunia ini, tetapi tetap berjalan dalam terang-Mu. Ajar aku untuk bersyukur, hidup benar, dan terus melangkah dalam panggilan-Mu. Berikan keberanian agar aku tidak berhenti di tengah jalan, melainkan menyelesaikan perjalanan bersama-Mu. 

 

DOA SYAFAAT DAN PENUTUP

Keluarga yang mengasihi dan bersedia mengampuni.

 

NYANYIAN PENUTUP

  1. 370 – ‘Ku mau berjalan dengan Jurus’lamatku 

 

Bersama Jurus’lamat hatiku teguh dilembah dan bukit yang
perlu kutempuh. Tuhanku membimbing aku pada jalanNya
yang menuju rumah Allah yang baka.

 

Reff:

Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus; ‘ku tetap mendengar dan
MengikutNya. Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus;

ya, ke mana juga ‘ku mengikutNya!

Komentar Anda

Your Email address will not be published.