Hanya Tuhan Sumber Kekuatan dan Hidup yang Sejati
SAAT TEDUH
PUJIAN PEMBUKA
PKJ. 129 _ Kau Perkarsa, ‘Ku Lemah
Kau perkasa, ‘ku lemah,
jauhkan ‘ku dari cela.
Hatiku amat tent’ram
asal aku dekat padaMu.
Reff:
Makin akrab padaMu Yesus,
ini doaku: Tiap hari, Tuhanku,
biar aku dekat padaMu.
Dalam dunia yang kelam,
bila aku tenggelam,
tangan siapa terentang?
Hanya Kau, Tuhan, hanya Engkau!
PEMBACAAN KITAB MAZMUR 46
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
DOA PEMBUKA DAN FIRMAN
PEMBACAAN ALKITAB
Yer. 22: 18-30 Luk. 18: 15-17
RENUNGAN
Hanya Tuhan Sumber Kekuatan dan Hidup yang Sejati
Kehidupan kita di dunia ini sering kali tidak lepas dari guncangan: kegagalan, kehilangan, ketidakadilan, dan ketakutan akan masa depan. Dalam situasi seperti itu, manusia mudah mencari pegangan — entah pada kekuasaan, harta, atau manusia lain. Namun, semua itu tidak memberi keteguhan sejati.
Mazmur 46 membuka dengan kalimat penuh keyakinan: “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.”(ay. 2)
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa kekuatan, keadilan, dan kehidupan sejati hanya berasal dari Allah — bukan dari kuasa manusia, bukan dari jabatan, tetapi dari iman dan hati yang berserah kepada-Nya.
- Mazmur 46 – Allah, Benteng yang Teguh
Mazmur ini lahir dari pengalaman iman bangsa Israel yang melihat kuasa Allah melindungi umat-Nya di tengah kekacauan. Pemazmur menyatakan bahwa sekalipun bumi bergoncang dan gunung-gunung gemetar, umat Allah tidak perlu takut, sebab:
“TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.” (ay. 8, 12)
Allah adalah benteng yang tidak tergoyahkan. Ia hadir di tengah kekalutan hidup dan memberi ketenangan bagi mereka yang berserah kepada-Nya.
Ketenangan sejati tidak berasal dari keadaan yang stabil, melainkan dari hadirat Allah yang tinggal di hati yang percaya.
Ketika kita berhenti bersandar pada kekuatan sendiri dan mulai berkata, “Diamlah, dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah”(ay. 11), di situlah kita menemukan damai.
- Yeremia 22:18–30 – Raja yang Gagal karena Menolak Tuhan
Dalam bagian ini, Nabi Yeremia menegur Raja Yoyakim, anak Yosia, yang hidup dengan keangkuhan dan ketidakadilan. Ia membangun istana megah, tetapi menindas rakyatnya.
Tuhan menegaskan bahwa raja seperti ini tidak akan dikenang dengan hormat, bahkan akan dibuang seperti bangkai yang hina (ay. 18–19).
Kehormatan sejati bukanlah dari jabatan atau kekuasaan, tetapi dari ketaatan dan keadilan di hadapan Allah.
Ketika manusia menjauh dari Tuhan dan memusatkan hidup pada diri sendiri, hidupnya kehilangan makna dan berakhir dalam kehancuran rohani.
Yeremia menunjukkan bahwa tanpa Tuhan, kekuasaan adalah kesia-siaan.
- Lukas 18:15–17 – Kerajaan Allah bagi Mereka yang Seperti Anak Kecil
Dalam Injil, Yesus menegur murid-murid yang melarang anak-anak datang kepada-Nya. Ia berkata:
“Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” (ay. 16)
Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah terbuka bagi mereka yang memiliki hati seperti anak kecil — yaitu hati yang sederhana, percaya, dan tidak mengandalkan diri sendiri.
Berbeda dengan Raja Yoyakim yang sombong dan mengandalkan kuasa duniawi, Yesus mengajarkan bahwa kerendahan hati dan kepercayaan kepada Tuhan adalah jalan menuju hidup sejati. Anak kecil bergantung penuh pada kasih orang tuanya; demikian pula orang beriman hidup dalam ketergantungan penuh pada kasih Allah.
Ketiga bacaan hari ini meneguhkan satu kebenaran: Tanpa Allah, hidup manusia rapuh dan hampa; bersama Allah, hidup menjadi teguh dan bermakna. Oleh sebab itu:
- Mazmur 46 mengajak kita bersandar kepada Allah sebagai benteng hidup.
- Yeremia 22 menegur kesombongan dan penyalahgunaan kekuasaan.
- Lukas 18 mengajar kita untuk datang kepada Allah dengan hati sederhana seperti anak kecil.
Di tengah dunia yang semakin mengandalkan kekuatan manusia, marilah kita kembali menaruh harapan hanya kepada Tuhan. Dia adalah tempat perlindungan, sumber keadilan, dan kehidupan sejati.
“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa,
ditinggikan di bumi.”(Mzm. 46:11)
DOA SYAFAAT DAN PENUTUP
Keluarga yang berbagi bercerita.
NYANYIAN PENUTUP
PKJ. 129 _ Kau Perkarsa, ‘Ku Lemah
Saat Kau memanggilku
tuntun aku Tuhanku,
hingga pada sisiMu
di rumahMu ‘ku tinggal tetap.
Reff:
Makin akrab padaMu Yesus,
ini doaku: Tiap hari, Tuhanku,
biar aku dekat padaMu.

Komentar Anda