Berhentilah Bersandiwara
Dunia ini panggung sandiwara cerita yang mudah berubah. Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani. Setiap kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan; ada peran wajar ada peran berpura pura Mengapa kita bersandiwara, mengapa kita bersandiwara.......Dunia ini panggung sandiwara cerita yang mudah berubah. Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani. Setiap kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan; ada peran wajar ada peran berpura pura Mengapa kita bersandiwara, mengapa kita bersandiwara.......
Lagu God Bless “Panggung Sandiwara” menunjukkan kepada kita bahwa dunia ini mempunyai “drama” – nya masing-masing. Kita mempunyai peran dalam kisah kehidupan yang kita jalani dalam kehidupan kita. Pilihan kita adalah menjalankan peran itu dengan apa adanya diri kita, atau kita mau bersandiwara, dengan menampilkan peran yang sebenarnya bukan diri kita sehingga ketika kita menjalaninya kita seperti memakai topeng-topeng yang memaksa kita tidak melakukan yang tidak kita suka.Sekalipun peran itu tidak sama, maka setiap kita perlu pertama-tama menghayati: Apa peran itu? Bagaimana karakter peran itu? Apa yang menjadi tujuan dari peran itu? Tentu Tuhan menempatkan kita dan menjadikan kita seperti saat ini bukan tanpa maksud. Tuhan punya rancangan atau skenario yang baik dalam hidup kita. Memang tidak semua kita mempunyai peran yang protagonis, namun bukan berarti Tuhan merancang kita sebagai orang yang jahat. Tuhan tentu mengharapkan kita menjadi orang yang baik; dalam kepribadian maupun dalam prilaku kita setiap hari.Tentu ada banyak peranan. Berbagai macam, yang tidak satu pun sama persis. Lagu itu berlanjut dengan :
Peran yang kocak bikin kita terbahak bahak, peran bercinta bikin orang mabuk kepayang. Dunia ini penuh peranan, Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan...... Mengapa kita bersandiwara, mengapa kita bersandiwara
Geli, senang, susah, sedih, marah, lega, puas adalah reaksi dari setiap peranan yang disajikan kepada kita. dan tentu semuanya itu menjadikan kita mempunyai kehidupan yang sangat beragam. Kadang sedih, kadang senang. Kadang menangis, kadang tertawa terbahak-bahak. Hidup ini tidak monoton, dan tidak akan pernah monoton dengan berbagai peranan dalam hidup kita. Hanya yang perlu kita ingat: jangan sampai peran kita adalah peran yang berpura-pura, bukan diri kita yang sebenarnya.Pura-pura bisa melakukan ini dan itu, pura-pura mempunyai solusi, pura-pura sakit, pura-pura merupakan orang yang pintar, cerdas dan santun, pura-pura mampu melakukan segala sesuatu, pura-pura ramah padahal marah, pura-pura memahami orang lain padahal minta selalu dipahami, pura-pura tidak tahu, dan berbagai pura-pura yang lain dalam hidup kita.Kita diciptakan Allah sebagai pribadi yang utuh, yang baik adanya. Dan mestinya kita menampilkan diri kita ada adanya sehingga kita dikenal sebagaimana kita, baik oleh orang-orang dalam rumah kita, di kantor, di gereja, di jalan raya, dan berbagai tempat yang lain. Kepura-puraan hanya mengakibatkan kita memerlukan topeng dalam peran kehidupan kita, dan semakin kita tidak menampilkan diri kita apa adanya, dengan memakai banyak topeng untuk berpura-pura; membohongi orang lain, maka semakin kita menjadi lelah dalam ke-pura-pura-an.Selain itu, hidup beriman yang kita jalani, akan kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan: apa yang sudah kita lakukan dalam hidup kita? Apakah kita seperti lima gadis yang bijaksana (band. Matius 25:1 – 13), apakah kita seperti hamba yang baik dan setiawan (Matius 25 : 14 – 30)? Apakah kita seperti domba yang dikumpulkan di sebelah kanan dan disebut sebagai yang diberkati oleh Bapa (Matius 25 : 31 – 46)?Karena itu, berhentilah bersandiwara. Jangan membuat hidup ini makin sulit untuk kita jalani. Belajarlah untuk menampilkan diri kita apa adanya sehingga kita benar memancarkan cahaya terang Tuhan dalam hidup kita.Selamat berperanan, jangan berpura-pura.
AW (Cermin - Warta Jemaat, 19 Nopember 2017)