Kala Kita Dipanggil …
Minum air dua tiga buyung
Sambil melihat ufuk merekah
Dalam diam aku merenung
Hidup yang fana ini; untuk apakah?
Pak Anton seorang petani. Sehari-harinya ia bekerja di sawah nan penuh lumpur di panas terik. Sekutunya adalah sapi dan burung gagak. Bajunya kotor dan basah. Pak Bayu seorang direktur perusahaan. Yang dihadapinya adalah komputer canggih dan gawai kerap jadi temannya. Pakaiannya tetap rapi dan wangi sebab ia lebih banyak duduk dalam ruangan ber-AC. Namun bukan berarti hidup Pak Bayu lebih berguna dan harkat hidupnya lebih tinggi dibanding Pak Anton. Sebab sekiranya Pak Anton dan kaum petani lainnya tidak ada, dari mana Pak Bayu bisa makan untuk memper-lengkapi kebutuhan tubuhnya?
Seorang petani mendedikasikan hidupnya untuk menghasilkan beras yang baik. Ukuran keberhasilannya bukanlah ketika ia bisa masuk kantor ber-AC dan mengoperasikan komputer. Barangkali seumur hidupnya ia tidak akan berurusan dengan komputer. Demikian pula seorang yang kerjanya di kan-tor. Ia tidak harus berpeluh bermandi keringat agar orang percaya ia sungguh-sungguh bekerja dengan baik. Masing-masing bekerja sesuai tugasnya agar hidup di dunia berjalan baik.
Setiap orang punya panggilannya masing-masing. Seorang petani tidak lebih baik dibanding seorang pekerja kantor, demikian pula sebaliknya. Selama setiap orang men-jalankan fungsinya dengan baik sesuai panggilannya, dunia bisa jadi lebih baik, sebagaimana yang diharapkan Tu-han melalui refleksi Paulus,
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.” (Efesus 2.10a)
Ukuran perbuatan baik adalah jika seseorang mengetahui panggilannya, menjalankannya sesuai fungsinya, sehingga memberi arti bagi dunia yang ditinggalinya.
Banyak merenung banyak kalam*
Tak terasa hidup menuai berkah
Seiring waktu yang terus bergulir, aku bergumam
Hidup yang terbatas ini; demi siapakah?
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11.36)
Terhitung besok, Senin, 14 Agustus 2017, gereja ini akan menerima seorang pendeta. Panggilannya tidak sama dengan orang lain yang bukan pendeta. Akan tetapi bersama dengan anggota jemaat yang bukan pendeta, ia sama-sama dipanggil mewujudkan kehidupan gereja yang memuliakan Allah. Ini tidak berarti hanya dialah yang punya tugas atau panggilan melaksanakan misi Allah lewat gereja-Nya. Seluruh unsur gereja penatua, anggota ba-dan pelayanan, karyawan gereja, anggota jemaat, termasuk simpatisan jemaat punya tugas dalam rangka mewujudkan misi Allah tersebut. “Demi kemuliaan Allah”, kata Paulus.
Pendeta dipanggil Tuhan untuk berperan dalam pengembangan gereja dan keberadaannya di tengah masyarakat. Secara terperinci tugasnya tertulis dalam Tata Gereja. Semoga tambahan seorang pendeta di gereja ini bisa semakin menolong kita menunaikan panggilan kita selaku gereja Tuhan, yang mewujudkan kehadiran kerajaan Allah di dunia. Semoga!
YeeNWe (Cermin - Warta Jemaat, 13 Agustus 2017)
* kalam = firman