• foto2
  • gki7

Jadwal Ibadah Minggu


 GKI SERPONG
Ibadah Umum     
 ♦  Onsite  :  Minggu - 06:00 | 08:00 | 10:30 | 17:00 WIB
 ♦  Streaming : youtube logo
Ibadah Kategorial
 ♦  Batita : Minggu - 08:00 | 10:30 WIB
TK A & TK B : Minggu - 08:00 | 10:30 WIB
Anak (Kelas 1 - 6 SD) : Minggu - 08:00 | 10:30 WIB
The Blessing Kids (TBK) : Minggu - 10:30 WIB
Tunas Remaja : Minggu - 10:30 WIB
Remaja : Minggu - 08:00 WIB
Pemuda : Sabtu - 17:00 WIB (Minggu ke-1 & 3)
Komisi Usia Lanjut : Sabtu - 16:00 WIB (Minggu ke-2)
Lokasi : Click Here

 POS JEMAAT CIKOLEANG
Ibadah Umum : Minggu - 09:00 WIB
Ibadah Kategorial    
Balita : Minggu - 09:00 WIB
Anak : Minggu - 09:00 WIB
Remaja & Pemuda : Minggu - 07:00 WIB
Lokasi : Click Here

 POS KEBAKTIAN FORESTA
Ibadah Umum : Minggu - 09:00 WIB
Ibadah Kategorial    
Balita : Minggu - 09:00 WIB
Anak : Minggu - 09:00 WIB
Lokasi : Click Here

 POS KEBAKTIAN NUSA LOKA
Ibadah Umum : Minggu - 07:00 WIB (Minggu ke-2 & 4)
Lokasi : Click Here

Hippopotomonstosesquippedaliophobia

Written by GKI Serpong on . Posted in Cermin

Saudara bingung membaca judul yang terdiri dari 35 huruf di atas? Saya menduga Saudara bukan saja bingung karena judulnya panjang tapi juga karena tidak tahu artinya. Judul di atas bukan salah ketik, tapi judul tersebut adalah sebuah istilah yang ditujukan bagi orang yang takut atau fobia pada kata-kata yang panjang. Pantas saja, istilahnya sendiri juga sangat panjang! Sebuah situs internet memuat daftar berbagai jenis fobia yang kira-kira ada lebih dari 530 jenis. Fobia adalah rasa cemas, kuatir, atau takut yang berlebihan. Fobia bisa terjadi terhadap benda mati, makhluk hidup, atau keadaan tertentu. Beberapa contohnya antara lain: takut terhadap ruangan sempit dan tertutup (claustrophobia), takut kehilangan atau takut dilupakan (athazagoraphobia), takut ketinggian (acrophobia). Bahkan percaya atau tidak, ternyata ada orang yang takut terhadap wanita cantik (caligynephobia). Ada juga orang yang takut jika mendengar kabar baik (euphobia). Dan masih banyak lagi fobia yang aneh tapi nyata.

Segala sesuatu yang berlebihan itu pasti tidak baik. Misalnya kelebihan makan ataupun tidur. Bisa membahayakan kesehatan, membuat obesitas, dan juga berpotensi mengundang penyakit lainnya. Demikian juga jika kelebihan olahraga, bukannya bertambah sehat, justru berdampak pada perubahan mood seperti mudah marah atau tersinggung, tidak fokus, serta dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan kualitas tidur. Memang segala sesuatu harus dilakukan dan dikerjakan secara pas, proposional, dan tidak berlebihan. Termasuk juga rasa kuatir. Perasaan kuatir itu manusiawi, wajar, dan alami. Tidak ada seorang pun yang belum pernah mengalaminya. Tidak benar jika dikatakan bahwa orang beriman tidak pernah kuatir. Tidak terlalu tepat pula kalau dikatakan bahwa orang yang kuatir tanda tidak beriman atau kurang percaya kepada Tuhan. Abraham, tokoh Alkitab yang dijuluki sebagai bapa orang beriman pun berkali-kali pernah merasakan kuatir dan takut.

Dalam batas tertentu, kuatir akan membuat kita waspada, berhati-hati bersikap, dan melangkah. Rasa kuatir juga bisa menjadi tanda bahwa kita mempunyai kepedulian, sayang, kasih dan cinta terhadap seseorang. Orang yang tidak pernah merasa kuatir, jangan-jangan orang itu termasuk orang yang nekat, sembrono, takabur. Yang tidak baik adalah rasa kuatir yang berlebihan. Kekuatiran yang berlebihan membuat hidup kita tidak tenang. Kita akan mudah berpikir buruk dan negatif: takut ini-takut itu, curiga ini-curiga itu. Kita juga akan malas dan antipati untuk berbuat apa-apa, karena selalu diliputi rasa resah dan gelisah. Dan akhirnya kita jadi susah tidur, karena dihantui perasaan yang tidak pasti dan tidak menentu. Pernahkah Saudara mengalami hal ini? Pernahkah Saudara berpikir negatif tentang orang yang membawa map atau orang yang badannya penuh tato? Pernahkah juga Saudara tidak bisa tidur dengan baik karena berpikir negatif tentang „sesuatu‟ padahal yang Saudara takutkan dan pikirkan itu belum terjadi?

Bukankah disadari atau tidak, diakui atau tidak, sering kita kuatir memikirkan masa pensiun atau masa tua kita atau pun masa depan anak-anak kita?

Memang amat mudah bagi kita untuk mengatakan “Janganlah kuatir” kepada orang lain. Gampang pula kita mengatakannya jika hidup kita berkecukupan apalagi berkelimpahan. Tapi bagaimana kalau kalimat tersebut kita kenakan pada diri sendiri, apalagi kalau saat itu kita tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan atau dipakai? “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”, demikian kata Yesus yang dicatat dalam Matius 6:34. Maksudnya tentu bukan berarti kita tidak boleh memikirkan hari esok. Boleh saja, bahkan perlu dan harus. Berpikir antisipatif „besok bagaimana‟ itu baik, tapi berpikir spekulatif „bagaimana besok‟ itu tidak baik. Kuatir itu baik, tetapi jika pada tempatnya dan proposional, Kuatir mengenai hal-hal yang memang harus kita kuatirkan. Kuatir ketika kita harus kuatir, tetapi jangan kuatir ketika kita sebenarnya tidak perlu kuatir. Artinya jangan kita dikuasai oleh perasaan kuatir, sebaliknya kitalah yang menguasai perasaan kuatir itu.

Bagaimana caranya? Para ahli mengatakan bahwa rasa takut atau kuatir ini bisa diatasi dengan cara mendekatkan orang tersebut kepada situasi atau obyek yang ditakutinya, tetapi dengan pengawasan yang ketat. Misalnya, jika orang takut terbang, ia akan diajak terbang tetapi harus didampingi, dihibur, dan dikuatkan terus-menerus selama melakukan penerbangan. Demikian juga jika takut pada binatang tertentu. Ajaklah orang itu untuk mendekati dan memegang „obyek‟ yang ditakuti itu secara perlahan dan terus-menerus. Namun, sebagai orang beriman kita punya cara lain yang lebih ampuh, yaitu dengan percaya dan mempercayakan diri kita kepada Tuhan. Percaya bahwa Tuhan sanggup memberi kekuatan kepada kita. Dengan memahami bahwa Tuhan tidak akan lalai mengasihi dan memelihara hidup kita. Dengan memahami bahwa hidup ini lebih penting dibandingkan dengan makanan, pakaian, dan banyak hal lain yang kerap kita takutkan dan kuatirkan. Serta dengan memahami bahwa kekuatiran yang berlebihan tidak akan membuat hidup kita lebih ringan dan persoalan kita menjadi lebih beres. Kekuatiran yang berlebihan justru akan menciptakan masalah baru dan membuat masalah yang sudah ada menjadi semakin sulit. Sebab itu, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7).


©arsado (Cermin – Warta Jemaat, 06 Agustus 2017)

 

AgusWijaya
Pdt. Agus Wijaya
Yosi
Pdt. Yosias N Wijaya
Marfan
Pdt. Marfan F Nikijuluw
YonatanW
Pdt. Yonatan Wijayanto
EnosBayu
Pdt. Enos Bayu Setiyadi
Manda
Pdt. Manda L Dandel

Info Kontak: GKI Serpong

Giri Loka 2 Jl. Gunung Merbabu Blok R
BSD City Serpong

Koordinat GPS: 5:60 16,58,7" E: 1060 40' 16.6"
Telp (021)-5370366, Fax : (021)-5372125
WA: 0818-0442-1991

Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Badan Hukum

 

GEREJA KRISTEN INDONESIA SERPONG
Badan Hukum : SK Dirjen Bimas Kristen Depag. RI No: DJ III/Kep/HK.00.5/55/719/2007
DEPAG : NOMOR DJ III/Kep/HK.00.5/64/977/2004

Pengunjung

Flag Counter