Kita Berharga Dimata-Nya.
Suatu ketika, seorang pemuda sedang sedih karena orang tuanya selalu membanding-kan dirinya dengan saudara-saudaranya, begitu pula dengan teman-temannya; sering menilainya sebagai seorang pemuda yang gagal. Suatu ketika, seorang pemuda sedang sedih karena orang tuanya selalu membandingkan dirinya dengan saudara-saudaranya, begitu pula dengan teman-temannya; sering menilainya sebagai seorang pemuda yang gagal.Oleh karena itu, ia memutuskan untuk pergi jauh. Namun sebelum itu, ia mendatangi seorang rahib tua yang tinggal di sebuah biara yang tak jauh dari desanya.
Kepada sang rahib, ia menceritakan semua yang ia alami. Setelah mendengar cerita pemuda itu, sang rahib pun berkata: "Anak muda, aku akan membantu kamu, tetapi sebelum itu, maukah kamu membantuku terlebih dahulu?""Baik rahib, apa yang bisa saya bantu?" tanya si pemuda.Aku membutuhkan uang untuk merenovasi biara ini, karena itu, tolong jual cincin ini kepada tukang sayur atau penjual daging di pasar, tetapi ingat, cincin ini harus dijual lebih dari 10 keping emas. Aku sudah terlalu tua untuk melakukannnya.Baiklah, kata pemuda itu. Kemudian ia berangkat ke pasar untuk menjual cincin itu. Setibanya di pasar ia langsung menemui tukang sayur, lalu memberikan cincin itu kepadanya. Setelah dilihat-lihat, si tukang sayurpun berkata, " aku hanya bersedia membelinya seharga 5 keping perak".
Kemudian si pemuda itu menemui sipenjual daging dan menawarkannya. Si penjual daging kemudian berkata, "aku akan membelinya seharga 10 keping perak".
Dengan kecewa, pemuda itu kembali menemui sang rahib dan menceritakan apa yang telah ia alami di pasar. Sang rahibpun hanya senyum dan kemudian ia berkata, "Kalau begitu, pergilah ke desa tetangga , disana ada seorang penjual perhiasan, tun-jukkanlah cincin ini kepadanya". Si pemuda itupun langsung melakukannya, kemudian ia menunjukkan cincin itu kepadanya. Oleh si penjual perhiasan, cincin itu ia bersihkan dan digosok sampai mengkilat. Ia pun terdiam memandang cincin itu."Kenapa, apakah cincin itu palsu?" tanya pemuda itu"Tidak, cincin ini aku yang membuatnya beberapa tahun yang lalu dan menjualnya kepada seorang bangsawan seharga 100 keping emas, sekarang harganya sudah 150 keping emas"
Mendengar kata-kata si penjual perhiasan itu, pemuda itu terkejut dan dengan riang iapun kembali menemui sang rahib dan menceritakan apa yang telah terjadi. Sang rahibpun kembali tersenyum dan berkata: "Anak muda, cincin ini adalah cincin emas yang disumbangkan oleh seorang bangsawan kepada biara ini dan harganya memang saangat mahal.
Aku meminta engkau melakukan hal ini, agar engkau dapat belajar satu hal yaitu, jangan biarkan hidup kita ditentukan oleh apa yang dikatakan orang lain, karena orang lain tidak tahu siapa diri kita yang sebenarnya"Anak muda, dirimu seperti cincin emas ini, sedangkan si tukang sayur dan penjual daging ibarat orang tua dan temanmu yang menilai engkau berdasarkan apa yang mereka tahu. Karenanya datanglah kepada si penjual perhiasan, yaitu Tuhan yangtelah menciptakan engkau, ia pasti akan membersihkanmu dari setiap noda dosa dan menjadikanmu bersinar laksana emas murni, sebab engkau sangat berharga dimata-Nya.
Saudara, apakah kita pernah mengalami seperti sipemuda itu?Jika 'ya', datanglah kepada Tuhan, sebab Ia pasti akan memulihkan hidup kita dan bersyukurlah, sebab Allah mengasihi Saudara.
AS (Cermin - Warta Jemaat, 30 Juli 2017)