Saatnya Kembali …
Seminggu ini orang ramai-ramai menjalani libur lebaran. Ada yang ber-wisata ke luar kota, ada yang beristirahat di dalam kota, menikmati perbedaan suasana dibanding hari-hari biasa. Tentunya ada kesan yang menyertai masa tersebut.
Kini setelah melemaskan otot dan otak kita diajak kembali memasuki kerutinan yang biasa kita jalani. Hidup dikelilingi derunya debu dan bisingnya suara kendaraan. Bersabar di tengah kemacetan jalan dan pa-datnya manusia yang lalu lalang mengisi kesibukan sehari-hari. Penatnya tubuh dan stresnya kepala lagi-lagi harus kita alami.
Mungkin ada sebagian orang yang ingin masa libur ini tetap berlangsung. Berat rasanya memulai kegiatan seperti biasanya setelah beria-ria dengan anggota keluarga dan bersilaturahmi dengan handai taulan. Apalagi tanpa tekanan dan tuntutan yang membuat jantung rasanya berdebar lebih cepat.
Namun, suka ataupun tidak, kita memang harus menatap kenyataan. Sua-sana nyaman nan santai kini digantikan hal-hal yang kerap membuat jenuh. Kita harus menyetel pikiran untuk segera beralih pada tugas dan tanggung jawab masing-masing. Entah sebagai pekerja kantor, entah sebagai ibu ru-mah tangga. Entah sebagai kuli bangunan, entah sebagai karyawan pabrik. Semua kecuali anak-anak sekolah, tentunya mulai menata aktivitasnya.
Roda kehidupan terus berputar. Sebagaimana kata pengkhotbah, “Ada waktunya …” (Pkh 3), kita juga meyakini bahwa setiap hal selalu ada dalam bingkai waktu. Ada waktunya berlibur, ada waktunya bekerja. Ada wak-tunya santai, ada waktunya serius. Bolak-balik, silih berganti. Namun yang penting kita tahu kapan waktunya tiba, dan bagaimana menyikapinya. Lebih penting lagi, mengisinya dengan makna supaya hidup jadi berarti. Bukan sekadar melewati waktu demi waktu sampai waktu kita habis. Selamat memasuki kerutinan kembali!
YeeNWe (Cermin - Warta Jemaat, 02 Juli 2017)