Made In Heaven
Ada kecenderungan di masyarakat bahwa barang-barang buatan luar negeri selalu lebih bagus daripada barang-barang dalam negeri. Sehingga meskipun mahal, barang-barang luar negeri itu tetap laku. Kendati sulit memperolehnya, barang-barang impor tersebut tetap diburu karena dianggap bernilai dan berkualitas lebih baik dari dalam negeri. Apa benar demikian? Terlepas dari benar atau tidak, satu hal yang pasti bahwa semua barang ciptaan manusia pasti tidak akan bertahan seumur hidup, tidak akan awet selama-lamanya, tidak dapat dijamin 100 persen tidak akan pernah mengalami kegagalan, kerusakan, ataupun mengalami kecacatan. Selama barang itu buatan manusia maka dipastikan tidak akan pernah sempurna, dan kualitasnya harus terus-menerus diperbaiki dan diperbaharui.
Apa itu kualitas? Paling tidak ada tiga unsur yang harus ada untuk menentukan kualitas sebuah barang. Pertama, ia harus memenuhi standar –minimal- persyaratan yang telah ditentukan. Kedua, ia harus berfungsi dengan baik. Dan ketiga, ia harus awet dan tidak cepat rusak. Dari ketiga unsur kualitas ini, barulah dapat ditentukan harga atau nilai dari barang tersebut. Lalu bagaimana dengan kita? Apa kriteria yang dapat kita gunakan untuk mengukur kualitas diri kita? Dan apakah kualitas kita ditentukan semata-mata hanya pada ‘sesuatu’ yang ada dalam diri kita? Yang jelas semua barang-barang buatan manusia itu tidak akan selamanya bernilai tetap dan berkualitas tetap. Selalu saja mengalami perubahan tergantung pada kebutuhan dan waktu yang menyertainya. Seorang rekan pernah dengan guyon mengatakan bahwa kalau mau membeli barang yang bernilai tinggi dan tidak mengalami penurunan nilai, beli saja barang-barang buatan Tuhan. Apa saja barang-barang ‘made in heaven’ itu? TET! Apa itu TET? Tanah, Emas, Ternak!
Dalam hal ini, tentu ada satu lagi yang perlu ditambah, yaitu diri kita sendiri sebagai manusia. Pernahkah kita merenungkan bahwa tubuh kita ini sangat mahal? Ambillah contoh ketika Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan di Gerasa. Roh-roh jahat yang menyebut dirinya Legion itu meminta masuk ke dalam tubuh babi. Dua ribu babi yang kerasukan roh jahat itu masuk air dan mati. Jika kita berandai-andai harga 1 ekor babi dewasa saat ini berkisar 2 juta, maka untuk melepaskan roh jahat dari satu orang saja, Yesus mengorbankan uang 4 milyar rupiah! Apakah nilai kita 4 milyar rupiah? Tentu jauh lebih tinggi! Untuk menebus kita dari lembah dan perbudakan dosa, Yesus ‘memakai’ darah-Nya sendiri (1 Petrus 1:18-19). Darah Yesus yang dicurahkan itu sangat mahal, sehingga kita tidak bisa dan tidak mungkin membelinya. Karena kita tidak mungkin sanggup membelinya, sehingga Yesus menganugerahkannya kepada kita. Senada dengan itu, jauh sebelumnya, Yesaya menulis, “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau.” (Yesaya 43:4a).
Ada tiga hal yang dikatakan penulis Yesaya tentang kita di hadapan Tuhan: kita berharga, kita mulia, dan kita dikasihi Tuhan. Kita berharga bukan karena ditentukan kegunaan, atau pun kualitas yang ada dalam kita, tetapi semata-mata karena kita adalah milik-Nya. Kita mulia bukan karena kita tidak pernah berdosa, tetapi semata-mata karena Tuhan menjadikan kita segambar dan serupa dengan Allah. Dan kita dikasihi bukan pula karena prestasi atau karena perbuatan kita, melainkan semata-mata karena kasih karunia dan anugerah-Nya. Dia tetap mengasihi walaupun kita tidak layak dikasihi. Dia mengasihi meskipun sesungguhnya kita tidak berhak mendapatkannya.
Sebuah lirik lagu anak-anak sekolah minggu yang dinyanyikan dalam kegiatan SIL (Sekolah Injil Liburan) yang diadakan beberapa hari lalu juga menegaskan hal itu. Lagunya berjudul “Ku Istimewa”. Bagi Saudara yang belum tahu lagu ini, silahkan bertanya dan belajar dari anak-anak kita. Berikut selengkapnya lirik lagu tersebut:
Dunia boleh katakan ‘ku tak berarti.
Dunia boleh katakan ‘ku bukan siapa-siapa.
Tapi ‘ku hanya dengar apa kata Yesus,
Dia katakan ‘ku istimewa.
‘Ku istimewa, kar’na aku milik-Nya.
‘Ku istimewa, berharga di mata-Nya.
‘Ku istimewa, Yesus mengasihiku.
Dia lahir dalam hatiku dan jadikanku ISTIMEWA.
Sungguh, kita ini istimewa, bukan terutama karena upaya, usaha, prestasi, dan bukan pula karena upah kita. Kita istimewa karena kita ini adalah buatan Allah dan diciptakan dalam Kristus Yesus (Efesus 2:10 – nas yang digunakan dalam PA persekutuan wilayah di bulan Juni ini). Kita buatan Allah. Allah adalah produsen kita. Kita ini produknya. Itu berarti kualitas kita terjamin. Kita diciptakan dalam Kristus Yesus. Ini kandungan isinya. Luar biasa bukan? Kita ini ‘made in Heaven’, tidak mungkin produk gagal, percobaan, atau cacat! Kita diciptakan demikian untuk melakukan pekerjaan baik yang memuliakan Tuhan.
©arsado ( Cermin - Warta Jemaat, 25 Juni 2017)