Perjanjian Baru Yang Menghidupkan
Apa alasan kita sekalian untuk membeli handphone? Tujuannya hanya satu, yaitu untuk memperlancar komunikasi kita dengan orang lain. Tapi, mengapa kita selalu menginginkan handphone terbaru, yang memiliki fitur yang macam-macam? Apakah itu dengan operating system-nya, touch-screen, bisa BBM-an, bahkan yang bisa memakai komando suara (voice command). Berbagai jenis dan merk handphone keluaran terbaru selalu beradu fitur paling canggih, padahal fungsi utamanya hanyalah untuk telepon dan SMS. Memang terkesan bahwa telepon dan SMS mulai tersingkirkan jika dibandingkan dengan BBM, WhatsApp atau dengan berbagai jejaring sosial 24 jam non-stop sehingga komunikasi bisa terjadi melalui fasilitas- fasilitas canggih itu. Kita berasumsi bahwa handphone terbaru itu lebih berkualitas, lebih mahal, lebih bergengsi. Apa yang baru itu terkesan lebih baik daripada yang lama. Padahal tujuan utamanya tidak bergeser, hanya saja ditambahkan berbagai kecanggihan yang memudahkan proses komunikasi itu sendiri.
Ibarat handphone, kita sekalian sudah diberi banyak hal yang memudahkan kita untuk menjalin relasi yang baik dengan Tuhan. Kita bisa dengan leluasa mengerahkan seluruh diri dan kehidupan kita sebagai alat untuk melayani dan memuliakan nama Tuhan. Ketika kita sudah diberi kehidupan yang baik, pekerjaan, fasilitas, dan banyak hal yang baik oleh Tuhan, patutlah kita mengucap syukur. Banyak wadah untuk kita bisa mengucap syukur, banyak cara untuk bisa mengoptimalkan ‘kecanggihan’ hidup yang kita miliki. Bersyukur bisa dengan cara memberi diri melayani di Gereja, seperti beberapa rekan kita yang dilantik dalam Badan Pelayanan di GKI Serpong. Mereka menjadikan pelayanan sebagai cara mengucap syukur untuk talenta dan anugerah dari Tuhan.
Yang tidak kalah penting juga bahwa fitur-fitur canggih dalam kehidupan kita bukanlah usaha kita. Jika kita bisa melayani dengan baik, itu bukan karena usaha kita tapi karena kekuatan dari Roh Kudus yang memampukan kita.
Ketika kita bisa mengajak orang lain untuk berbalik dan bertobat, kita tidak patut berbangga atas hal itu. Kita hanyalah alat, yang dipakai oleh Allah untuk memberitakan khabar keselamatan dari Allh.
Kita patut bersyukur atas anugerah Allah yang dilimpahkan dalam hidup kita. Kita bersyukur untuk segala kemudahan, kebaikan, dan kemurahan Allah dalam hidup kita. Dengan semangat Pentakosta, marilah kita mengungkapkan rasa syukur atas kemudahan, kebaikan, dan kemurahan itu dengan menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Selamat melayani dan mengoptimalkan kecanggihan hidup untuk kemulyaan Tuhan.
Mandaruyo (Cermin - Warta Jemaat, 11 Juni 2017)