Mereka Ada di Sekitar Kita
Ini kisah Sanali. Seorang bapak yang berusia 50 tahun. Tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukannya, selain menjual ranting kayu kering yang didapatnya dari hutan di sekitar Gunung Lemongan, Lumajang, Jawa Timur. Ranting kayu itu dikumpulkan di rumahnya di desa Sumberwaringin, Kecamatan Klakah, yang berjarak sekitar satu jam dari hutan. Seminggu sekali ia menjualnya ke pasar yang jaraknya 7 Kilometer dari rumahnya. Seikat rating kayu kering dijualnya dengan harga Rp. 4.000,- dan Rp. 6.000,-. Ayah lima anak tersebut berpenghasilan sekitar Rp. 20.000,- dalam seminggu, yang hanya cukup untuk membeli beras.
Lain lagi kisah Sarna. Seorang ibu berusia 46 tahun yang tinggal di ibukota Jakarta. Tak pernah terbayang di benaknya, gagang cangkul itu melayang dari tangan anaknya dan mendarat di kepalanya hingga berdarah. Si anakbernama Awong tega melukai kepala sang ibu hanya gara-gara marah soal makanan. Keluarga Sarna memang menjalani hidup yang keras di ibukota. Penghasilannya sangat minim untuk bisa bertahan hidup bersama dengan keluarganya. Kebutuhan hidup yang begitu besar menuntut dia untuk bisa mengatur pengeluaran dengan baik. Termasuk penggunaan untuk membeli makanan yang bisa dinikmati oleh keluarganya. Salah kelola bisa saja seluruh keluarganya tidak makan. Sementara kalau dia pulang ke kampung halaman; di kampung pun tidak ada pekerjaan yang dapat diandalkan untukmenghidupi keluarganya. Sungguh, memang serba salah.
Dua penggalan kisah di atas bukanlah penggalan episode sebuah sinetron ataupun film televisi yang biasa kita tonton sehari-hari. Penggalan kisah di atas adalah sebuah realitas wajah kehidupan orang-orang miskin yang ada di sekitar kita. Meskipun alokasi anggaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan masyarakat miskin terus meningkat, kemiskinan tidak serta merta lenyap dari kehidupan di sekitar kita. Orang-orang miskin selalu dapat kita jumpai di sekitar kita. Sebagaimana kata Tuhan Yesus, “....orang-orang miskin selalu ada padamu, ....” (Mat 26:11)
Pertanyaannya, lalu apa yang bisa kita perbuat untuk orang-orang seperti Sanali dan Sarna ini? Apa dampak keberimanan kita buat mereka? Jika kita menilik pada perkataan Tuhan Yesus dalam Matius25:34-40, dengan jelasTuhan Yesus mengajarkan kepada kita, agar kita memberi perhatian dan bantuan kepada orang-orang seperti Sanali dan Sarna. Kita tidak boleh tinggal diam. Kita harus membawa kabar baik buat mereka. Kabar baik yang bukan hanya kita sampaikan lewat kata, melainkan lewat sebuah tindakan nyata, dengan memberikan apa yang bisa kita berikan buat mereka. Sebab Tuhan berfirman, “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40) Menolong dan memberi bantuan kepada orang-orang miskin yang ada di sekitar kita adalah bagian dari perbuatan yang dikehendaki Allah. Karena itu, wujudkanlah ketaatanmu dengan sebuah tindakan yang nyata bagi saudaramu yang paling hina, yang hidup di sekitarmu. Sadarilah bahwa perbuatan itu adalah wujud nyata dari kehidupan iman kita selama ini. Nyatakanlah dampak iman kita bagi mereka. Jangan menjadi pribadi yang “No Action Talk Only”.
deonata'(Cermin - Warta Jemaat, 28 Juli 2019)