Tidak Kalah Dengan Keadaan

Besok, ya besok! Pertemuan penting yang sudah ditunggu sejak 3 bulan lalu akhirnya datang juga. Aku sudah siapkan baju untuk besok. Celana panjang krem, kemeja dengan warna pink lembut, berikut jas, kalung, sepatu dan juga tas sudah disiapkan. Semua keperluannya pun sudah masuk semua di tas. Besok adalah hari yang penting! Malam ini harus tidur cukup supaya wajah terlihat segar besok. Ya, semuanya sudah kusiapkan untuk besok!Besok, ya besok! Pertemuan penting yang sudah ditunggu sejak 3 bulan lalu akhirnya datang juga. Aku sudah siapkan baju untuk besok. Celana panjang krem, kemeja dengan warna pink lembut, berikut jas, kalung, sepatu dan juga tas sudah disiapkan. Semua keperluannya pun sudah masuk semua di tas. Besok adalah hari yang penting! Malam ini harus tidur cukup supaya wajah terlihat segar besok. Ya, semuanya sudah kusiapkan untuk besok!Bangun pagi, dengan semangat aku duduk dan berdoa supaya semuanya yang akan aku hadapi hari ini berjalan lancar. Begitu selesai berdoa, aku lihat jam. Astaga! Ternyata jamku mati dan alarmku tidak berbunyi! Aku lari menuju kamar mandi, mandi secepatnya, dan lekas bersiap berangkat.

Astaga! Aku lupa mengisi batrei ponsel! Bagaimana ini? Aku harus segera berangkat, tapi aplikasi ojek online ada di ponsel yang batreinya habis. Ah! Bagaima-na ini? Aku berlari ke luar rumah, berharap ada taksi konvensional yang lewat. Begitu sampai di pinggir jalan besar, aku mencoba menghentikan taksi. Puji Tuhan, dapat juga taksinya.

Tapi, taksinya tidak bersih! Aduh, bagaimana ini? Aku harus merelakan pakaianku terkena sedikit debu dari bangku taksi. Ah, sungguh menyebalkan. Aku berpesan kepada supir taksi untuk ngebut tapi tetap hati-hati. Aku harus segera sampai kantor! Harus! Untungnya supir taksi itu mengerti keadaanku. Dia berusaha mengemudi dengan cepat dan selamat. Dan sampailah aku di kantor. Aku memberi tips lebih kepada supir itu. “Terima kasih banyak, pak!”Segera aku turun dari taksi. Berlari kecil menuju gedung kantor dan… BRAK! Seseorang menabrakku dan menumpahkan kopinya ke jasku. Aku bangun dan bersiap untuk meledakkan amarah.

“Maaf, mbak, saya ngga sengaja!” kata orang itu. Dia membungkukkan badan berkali-kali tanda penyesalan. Amarahku sedikit mereda. Dia hanya seorang office boy yang terburu-buru mengantarkan kopi untuk atasannya. Aku mencoba menahan emosiku, menerima permintaan maafnya dan segera menuju ke ruanganku.

Aku duduk sebentar, mengambil waktu untuk tenang. Aku merenung. Bukankah hari ini sudah kupersiapkan dengan baik? Mengapa ada saja hal yang tidak berjalan sesuai rencanaku? Alarm mati, ponsel mati, kena tumpahan kopi; ada apa ini? Ah, tidak. Aku tidak boleh kalah dengan keadaan. Aku sudah menyiapkan hari ini dengan baik, aku tetap harus mengusahakan yang terbaik. Tapi tidak semua hal ada dalam kendaliku. Ada Tuhan yang mengendalikan semuanya dan itu tentu untuk tujuan yang jauh lebih besar dari tujuanku. Pasti, ada maksud Tuhan dari semua hal yang terjadi padaku. Ya, aku harus lebih sabar dan tenang, mempersiapkan dengan baik semuanya. Aku perlu belajar untuk tidak menyerah dengan keadaan.

Aku minum sebentar sebelum menuju ruang pertemuan. Aku berdoa dalam hati, “Tuhan, Engkau tahu persiapanku. Engkau tahu pertemuan ini sangat penting bagiku. Jadilah kehendak-Mu, ya Tuhan.” Aku masuk ke ruang pertemuan dengan percaya diri, karena aku tahu bahwa pertolonganku ialah dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi (Mzm. 121: 2). Jadilah kehendak-Mu, Tuhan, aku sudah melakukan bagianku dan kiranya Tuhan memberkati semua yang telah aku siapkan. 

@manda_ruyo (Cermin - Warta Jemaat, 9 Desember 2018)