Merenungkan (ulang) makna hidup
Setelah kecelakaan yang terjadi pada pesawat Lion Air Senin lalu, mungkin sebagianSetelah kecelakaan yang terjadi pada pesawat Lion Air Senin lalu, mungkin sebagianorang kembali berhenti sejenak dari aktivitas rutinnya dan mulai merenung. Perginyaratusan korban meninggalkan kerabat mereka mengingatkan kita bahwa waktu hidupmanusia memang tidak terduga. Berakhirnya juga tidak bisa direncanakan. Caranya puntidak bisa dipilih.
Bencana di Palu, Donggala, Lombok – seperti Tsunami di Aceh dulu – juga menguatkanrefleksi tentang kelemahan manusia, seakan mengiyakan tulisan yang dicatat dalam kitabPengkhotbah, “Segala sesuatu sia-sia”. Memang, hidup kita dipenuhi keterbatasan.
Hidup ini bukan milik kita. Kelangsungannya tidak ditentukan oleh kita sendiri. Sepertisyair lagu, hidup ini bagaikan kesempatan yang pada satu titik akan berakhir. Kita tidaktahu kapan. Tapi jika kesempatan itu masih ada, hendaknya kita pergunakan demikebaikan. Bukan hanya kebaikan kita sendiri, melainkan kebaikan orang lain.Lalu apa yang jadi hikmah buat kita?
- Jangan sombong. Meskipun bukan kita yang terkena musibah dan bencana, bukanberarti kita berada di atas orang lain. Kita bisa hidup bukan karena kekuatan kitasendiri. Hidup berasal dari anugerah Tuhan dan selamanya akan berlakudemikian. Oleh karena itu kita tidak bisa mengklaim diri lebih baik atau lebihbenar ketimbang orang lain.
- Mengingat lemahnya diri, kita perlu sokongan pihak lain. Kita tidak bisa jalansendiri mengarungi kehidupan yang banyak tantangan dan kesulitan. Dalamkesedihan, orang butuh dihibur. Dalam kelemahan, orang memerlukan kekuatan.Siapapun itu, pasti merasakan hal yang sama selaku ciptaan Tuhan.
- Bukan hanya butuh orang lain, kita perlu menolong orang lain juga. Hidup salingmenghargai (setelah menerima orang lain – sekalipun berbeda) juga menjadi nilaiyang perlu kita sadari. Kita dihadirkan di bumi ini supaya bisa mendatangkankebaikan bagi orang lain.
Kecelakaan pesawat kemarin dan bencana gempa atau tsunami Palu bukan peristiwamengenaskan terakhir yang terjadi di bumi ini. Ke depannya masih sangat mungkin halserupa terulang. Namun hal ini bukan demi membuat kita takut menjalani hidup, melainkansupaya kita mawas diri dan makin sadar bagaimana menjalankannya.
YNW (Cermin - Warta Jemaat, 04 Nopember 2018)