Asumsi

Written by GKI Serpong on . Posted in Cermin

Belakangan ini berita tentang gugatan cerai Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama viral di berbagai media sosial. Tak sedikit orang mengomentarinya, terutama kalangan Kristen. Banyak yang menyayangkan hal itu terjadi, padahal belum tentu hal itu terbukti kebenarannya.

Manusia memang makhluk unik. Dalam ketidaktahuannya ia sering berperan sebagai orang yang tahu tentang kebenaran. Tak mengherankan jika komentar yang dilontar-kannya pun didasarkan pada apa yang seakan benar menurutnya, walaupun belum teruji secara utuh. Begitulah yang tercermin dalam ungkapan Natanael ketika bertanya kepada Filipus, “Mungkinkah sesuatu yang baik berasal dari Naza-ret?” (Yohanes 1.46) Pertanyaan ini sebetulnya mau menyanggah cerita yang disampaikan Filipus mengenai Yesus, yang teramat antusias kala berjumpa dengan Yesus. Memang perkataan Filipus mengandung ketidakcermatan (atau kekeliruan), yaitu dengan menyebut Yesus berasal dari Nazaret. Hal ini membuat Natanael berasumsi Filipus memberitakan sesuatu yang keliru, dan mempertanyakannya. Dalam hal ini Natanael berusaha memperbaiki pernyataan Filipus, namun ia sendiri tak sadar bahwa sesungguhnya ia tidak mengetahui fakta tentang asal Yesus, yang dilahirkan di Betlehem, bukan di Nazaret. Ini membuat usaha perbaikan Natanael menjadi tidak sahih; tidak mendatangkan manfaat.

Hal ini mendorong Filipus membela dirinya dan kemudian menanggapinya, “Mari dan lihatlah!” (ay 47). Pernyataan ini menantang Natanael melihat kebenaran yang sesungguhnya dengan bertemu Yesus secara langsung.

Sekiranya Natanael mengetahui kebenaran tentang hal ini, ia tentu tidak perlu mengemukakan pernyataan tersebut. Sebuah perbuatan yang bagaikan menjaring angin, alias sia-sia.Menyikapi gejala tentang Ahok, mungkin pewartanya keliru atau tidak lengkap menceritakan kisah ini. Kita tidak tahu persisnya bagaimana. Jika mau tahu, lebih bijak bertanya pada sumber langsungnya sendiri, yaitu Ahok. Jika tidak, mungkin kita lebih baik tidak berkomentar. Sebab jika salah berkomentar, mungkin hasilnya tidak memberi manfaat buat siapapun. Apalagi jika dilandasi ketidaktahuan tentang fakta yang sesungguhnya. 


YeeNWe (Cermin - Warta Jemaat, 14 Januari 2018)