“Lampu Apapun…Tuhan Tetap Ada”

Written by GKI Serpong on . Posted in Cermin

Traffic light merupakan salah satu rambu-rambu lalu lintas. Lampu traffic light ada tiga macam, lampu warna merah, kuning dan hijau. Ketika lampu warna merah menyala, artinya kendaraan harus berhenti. Jika pengemudi melanggar peraturan ini, kemungkinan dapat terjadi kecelakaan sebab kendaraan dari arah lain dapat melaju dengan kencang. Jika lampu warna kuning menyala, artinya pengemudi kendaraan harus berhati-hati, sebab mungkin ia harus segera berhenti. Sedangkan jika lampu warna hijau menyala, berarti pengemudi boleh terus melaju sebab kendaraan dari arah lain harus berhenti.Traffic light merupakan salah satu rambu-rambu lalu lintas. Lampu traffic light ada tiga macam, lampu warna merah, kuning dan hijau. Ketika lampu warna merah menyala, artinya kendaraan harus berhenti. Jika pengemudi melanggar peraturan ini, kemungkinan dapat terjadi kecelakaan sebab kendaraan dari arah lain dapat melaju dengan kencang. Jika lampu warna kuning menyala, artinya pengemudi kendaraan harus berhati-hati, sebab mungkin ia harus segera berhenti. Sedangkan jika lampu warna hijau menyala, berarti pengemudi boleh terus melaju sebab kendaraan dari arah lain harus berhenti.

Demikian juga halnya doa kita. Kita mengimani bahwa Ia mendengarkan doa kita. Namun dalam kenyataan, kadang-kadang Tuhan ternyata memberikan “lampu merah” sebagai jawab atas doa kita. Artinya, Tuhan tidak mengabulkan doa kita demi kebaikan kita. Kadang-kadang Tuhan juga menjawab doa kita dengan “lampu kuning”, artinya kita harus menunggu dengan sabar sampai Tuhan mengabulkannya. Jawaban yang lain mungkin Tuhan memberikan lampu hijau. Apa yang menjadi permohonanan kita segera dikabulkannya. “Lampu apapun” yang Tuhan berikan untuk kita, janji-Nya tetap akan nyata bahwa Ia akan terus menuntun langkah hidup kita. Sehingga dalam perjalanan kehidupan ini kita akan terus berseru seperti bunyi genta lonceng dari Lonceng Agung Westminster di London, yang populer dengan nama Big Ben.Menurut tradisi, ada anggapan bahwa nada lonceng ini diambil dari karya Handel yang berjudul Messiah. Dan lirik yang terukir dalam ruang lonceng Big Ben memiliki arti yang penting tentang waktu dalam pemeliharan Tuhan:

Di sepanjang jam ini…Jadilah penuntunku, ya Tuhan; Dan dengan kuasa-Mu, Takkan tergelincir langkahku.

Lirik ini menjadi pengingat yang tepat tentang kebutuhan kita untuk terus-menerus dibimbing oleh Allah. Raja Daud mengakui bahwa ia membutuhkan bimbingan Allah untuk sepanjang hari ketika ia menghadapi beragam tantangan hidup. Dalam Mazmur 25, ia berkata, “Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari” (ay.5). Karena kerinduannya untuk menjadi pengikut Allah yang bersedia diajar, Daud meminta bimbingan kepada Allah Penebusnya. Hati Daud sungguh rindu untuk menantikan Allah dengan iman yang bergantung kepada-Nya sepanjang hari.

Kiranya ini juga menjadi kerinduan hati kita…. “Di sepanjang jam ini, jadilah penuntunku, ya Tuhan.” Amin. 


mfnt (Cermin - Warta Jemaat, 12 Desember2017)