Pergunakan Hak Pilihmu

Written by GKI Serpong on . Posted in Cermin

Tanggal 17 April sudah semakin mendekat. Ya. Pemilihan Umum untuk memilih Presiden dan wakilnya, DPD, DPR, DPRD tingkat 1 dan 2 tinggal 10 hari lagi. Sudahkah menentukan pilihan? Ada saja yang kemudian mengatakan belum menentukan pilihan karena tidak kenal calon, ada yang merasa bingung karena banyaknya kertas suara, dan berbagai hal yang lain. Di era keterbukaan seperti ini data tentang calon-calon dengan mudah kita dapatkan. Kita juga bisa mengetahui rekam jejak mereka dalam berpolitik, dan bahkan apakah calon itu pernah tersangkut kasus korupsi atau tidak. Sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak bisa mengetahui data-data tentang calon, bahkan bisa dengan menggunakan telepon genggam kita. kalau memang serentak, memang ada banyak kertas yang perlu kita cermati dan akan kita tentukan pilihan kita di bilik suara. Yang penting, setelah kita mengetahui data tentang pilihan kita, dan sudah mengetahui di kursi manakah dia akan duduki; presiden wakil presiden, DPD, DPR, DPRD, apakah partainya (jika anggota DPR dan DPRD), siapakah namanya maka kita bisa melakukan hak politik sebagai warga negara dengan baik.

Mengapa kita perlu melakukan pemilihan umum? Inilah kesepakatan kita sebagai sebuah bangsa tentang cara berpolitik kita untuk memilih pemimpin. Pemilihan Umum adalah alat untuk pemilihan itu supaya terpilih pemimpin-pemimpin yang akan memimpin sesuai dengan lingkupnya masing-masing. Jadi, hak politik ini perlu kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dalam hidup kita sebagai warga negara Indonesia. Mengapa penting? Karena dengan melakukan Pemilihan Umum, dengan pernyataan “satu pemilih, satu suara”, suara kita punya arti menentukan siapakah pemimpin yang kita pilih untuk memimpin atau duduk di lembaga legislatif lima tahun ke depan. Jadi, kehidupan kita (harga, kebijakan daerah atau negara, tarif transport, alat transport, suasana politik, dll) dan kehidupan bangsa ini ditentukan oleh apa yang kita lakukan. Istilahnya “Lima menit yang menentukan lima tahun ke depan.”

Maka ketika terpilih pemimpin yang baru, dan mereka ternyata tidak sesuai harapan untuk membangun Indonesia atau propinsi kita, atau kabupaten dan kota yang lebih baik, jangan pernah marah atau protes jika kita tidak mempergunakan hak pilih kita, karena dengan tidak menggunakan hak pilih kita, sebenarnya kita sedang menyerahkan diri kita untuk ditentukan nasibnya oleh orang lain. Ya, karena ketidakpedulian kita maka kita tidak hanya kita yang merasakan rugi tapi juga dalam lingkup-lingkup kita.

Ada saja alasan orang tidak mempergunakan hak politiknya, yang sekalipun itu merugikan dirinya dan masyarakat luas. Salah satu alasannya adalah “Tuhan Yesus tidak berpolitik”. Benarkah? Memang Tuhan Yesus bukan pemberontak tentang sendi-sendi politik. Memang Tuhan Yesus bukan orang yang angkat senjata untuk melawan pemerintahan Romawi namun kebenaran yang Tuhan Yesus bawa adalah untuk memberikan arah kehidupan yang benar dalam kehidupan umat Israel. Yesus memang tidak berpolitik praktis. Sama dengan gereja tidak boleh berpolitik praktis; mendukung calon ini atau itu, mendukung partai ini atau itu namun, gereja mestilah memberikan arah dalam kebenaran dalam kehidupan setiap hari.Sama dengan perkataan Tuhan Yesus ketika ditanyakan: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar? Bukankah ini sebenarnya pertanyaan yang politis? Apa jawab Tuhan Yesus?

Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Matius 22 : 20 – 21)

Ada rasa hormat yang harus kita berikan kepada Allah dalam hidup kita karena kita adalah warga Kerajaan Allah, dan ada rasa hormat yang kita berikan kepada negara karena kita adalah warga negara.

Jadi, mari di tanggal 17 April 2019, kita mempergunakan hak pilih kita. 


AW (Cermin - Warta Jemaat, 07 April 2019)