Harap-Harap Cemas (?)

Written by GKI Serpong on . Posted in Cermin

Ketika saya masih SMP, saya tahu sebuah acara reality show berjudul Harap-Harap Cemas atau biasa disingkat H2C. Dalam acara ini, pesertanya adalah mereka yang ingin mengetahui kegiatan orang yang dikasihinya untuk agar tidak penasaran. Tim dari H2C akan memberi bantuan supaya peserta bisa mengikuti kegiatan orang yang dimaksud tanpa ketahuan. Biasanya, pesertanya adalah seorang pemuda atau pemudi yang ingin mengetahui kegiatan pacarnya karena ada rasa curiga. Kecurigaannya bisa jadi benar, bisa juga salah. Namun yang menarik adalah ketika peserta mencoba cari tahu apa kegiatan yang dilakukan pacarnya atau dengan siapa pacarnya itu pergi. Pada bagian ini saya bisa lihat dengan jelas bagaimana ekspresi orang yang sedang harap-harap cemas. Ada yang menangis, marah-marah, bahkan sampai mengeluarkan kata-kata kasar.

Apakah sekarang ini Anda juga sedang harap-harap cemas? Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo juga harap-harap cemas menanti proses bersalin Kahiyang Ayu, putri semata wayangnya. Mungkin Anda juga sedang harap-harap cemas menanti pembukaan ASEAN games nanti. Bisa jadi Anda harap-harap cemas karena anak Anda akan memasuki masa OSPEK dan studi di perguruan tinggi. Atau, Anda harap-harap cemas karena ada beberapa hal penting yang akan dijalani dalam waktu dekat.

Cemas adalah perasaan tidak tenang, tidak tentram karena takut atau khawatir. Semua orang pasti pernah merasa cemas. Namun, rasa cemas itu jika dibiarkan begitu saja bisa memberikan pengaruh yang tidak baik. Orang yang cemas sering susah tidur. Orang yang cemas selalu ketakutan dan tidak berdaya. Itu bisa menimbulkan beragam penyakit. Hanya karena cemas, seluruh tatanan kehidupan ikut terganggu.

Untuk menanggulangi rasa cemas, ada sebuah kidung rohani yang mampu memberikan ketenangan, Kidung Jemaat 445. Liriknya menyatakan demikian:

Harap akan Tuhan, hai jiwaku! Dia perlindungan dalam susahmu.
Jangan resah, tabah berserah, kar’na habis malam pagi merekah.
Dalam derita dan kemelut, Tuhan yang setia, Penolongmu!
Harap akan Tuhan, hai jiwaku! Dia perlindungan dalam susahmu.
Walau sendu, hatimu remuk, Tuhan mengatasi tiap kemelut.
Ya Tuhan, tolong ‘ku yang lemah: setiaMu kokoh selamanya!
Harap akan Tuhan, hai jiwaku! Dia perlindungan dalam susahmu.
Jalan sedih nanti berhenti; Yesus memberikan hidup abadi.
Habis derita di dunia, purna sukacita. Haleluya!

Hanya kepada Tuhanlah kita berharap. Dia Penebus dan Pemelihara kita. Kalau berharap pada manusia, rasa cemas itu masih ada. Tapi, berharap kepada Tuhan mengalahkan cemas dan khawatir. Berharaplah pada Tuhan, jangan cemas! 


@manda_ruyo (Cermin - Warta Jemaat, 5 Agustus 2018)