Cristiano Ronaldo

Written by GKI Serpong on . Posted in Cermin

Saat tendangan saltonya mengena bola dan menghujamkannya ke gawang Juventus, spontan orang berdecak kagum. Bukan hanya itu. Videonya langsung vital dan dibicarakan orang di mana-mana. Cristiano Ronaldo, yang lebih dikenal dengan nama panggung CR7, membuat orang terpana oleh aksinya tersebut.

Koran KOMPAS Kamis, 5 April 2018 mencatat, dibutuhkan hanya satu detik hingga tercip-tanya tendangan salto tersebut. Namun upaya CR7 mencapainya butuh waktu jauh lebih lama daripada itu. Perlu menjaga asupan makanan. Hanya sayur dan buah, tentunya tanpa alkohol dan rokok, yang menambah berat kerja jantung. Plus sejumlah kerja keras menjaga kebugaran tubuh serta latihan yang rajin demi melengkapi kemampuan yang 'tidak biasa' itu. Alhasil CR7 memiliki tubuh ideal yang memampukannya meloncat lebih tinggi ketim-bang atlet lain. Kelenturan tubuhnya pun menolongnya melakukan gerakan sulit yang menghasilkan gol cantik.

Kita juga perlu berlatih. Tidak cukup hanya latihan badani saja, melainkan latihan rohani juga. Dalam Alkitab dimuat catatan Paulus, "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya ... " (1 Korintus 9:27). Yang dimaksud Paulus dengan menguasai diri adalah mengendalikan diri. Mulainya tentu dari dalam hati. Dari situlah sumber segala dorongan motorik berasal. Agar bisa melakukannya dibutuhkan kendali Tuhan atas diri kita. Salah satu caranya adalah dengan beribadah - mem-bangun relasi dengan Tuhan - supaya hati kita diisi oleh kehangatan cinta kasih Tuhan.

Lebih lanjut Paulus menegaskan, "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Melalui ibadah, jiwa kita disiapkan menghadapi strategi si jahat yang terus membujuk kita meninggalkan perilaku hidup yang berkenan di mata Tuhan.

Ibadah bukan hanya berdiam diri dalam keheningan dan melipat tangan. Ibadah berlanjut lewat upaya membuka hati agar suara Tuhan memenuhi dinding hati dan mengisi ruang kosong di dalamnya agar kita digerakkan untuk hidup menjalankan kasih-Nya. Tidak mudah melakukannya. Sungguh, tidak gampang. Awalnya memang sulit. Di sinilah kita butuh latihan. Supaya lama-kelamaan jadi biasa. Dari situ kita jadi bisa.

Kita butuh sehat. Bukan hanya sehat jasmani, melainkan rohani juga. Supaya kita tangguh. Bukan sekadar untuk menghadapi masalah-masalah ragawi, namun juga menghadapi kuasa si jahat yang kerap memengaruhi batin kita.

Sudah cukupkah latihan kita?? 


YNW (Cermin - Warta Jemaat, 08 April 2018)